Sistem operasi tersebut diharapkan bisa memberdayakan masyarakat pedesaan yang kini mulai bergiat dalam jurnalisme warga. "Saat ini warga yang tidak bisa berbahasa Indonesia sudah bisa membuat berita karena komputer desa sudah menggunakan Bahasa Banyumasan," kata Narwin, Pemimpin Redaksi situs Desa Melung, Kamis 23 Agustus 2012.
Narwin mengatakan, salah satu kendala yang dihadapi warga dalam mengoperasikan komputer adalah tidak menguasai bahasa Inggris dan masih canggung dengan Bahasa Indonesia.
"Dengan komputer yang sudah menggunakan sistem operasi Bahasa Banyumasan, warga tak ragu lagi ikut mengisi portal desa mereka," ujarnya.
Advertisement | lanjutan artikel di bawahnya
Direktur Politeknik Pratama Purwokerto, Djati Kusumo Widjoyo mengatakan hadirnya BlankOn Banyumas yang mengembangkan sistem operasi berbahasa Banyumasan mampu menjawab tiga persoalan penting di Banyumas. "Sistem ini bertujuan untuk mengurangi pembajakan piranti lunak, penghematan belanja, dan kemandirian teknologi," katanya.
Djati menambahkan, sebagian besar pengguna komputer di Banyumas menggunakan piranti lunak bajakan. Secara hukum, kata dia, perbuatan itu dapat dikategorikan sebagai tindak pidana.
Sistem operasi lokal itu juga dapat memangkas anggaran belanja piranti lunak. Menurut Djati, jumlah pengguna komputer di Banyumas lebih dari 20 ribu orang. Apabila semuanya taat hukum, maka belanja software bisa mencapai Rp 2 miliar.
Bila komputer digunakan untuk sekadar keperluan kantoran, seperti mengetik, mengolah data, dan presentasi, maka belanja aplikasi office diperkirakan mencapai Rp 4 sampai 5 miliar.
Djati menambahkan, bila menggunakan OS BlankOn Banyumas, maka dana itu bisa dialihkan untuk keperluan yang lebih penting seperti pendidikan, pengentasan kemiskinan, dan pemberdayaan masyarakat.
Munculnya platform BlankOn Bayumas juga menjadi penanda kemandirian teknologi. Lewat BlankOn Banyumas, masyarakat membuktikan mereka mampu membangun kemandirian teknologi.
Koordinator Komunitas BlankOn Banyumas, Pri Anton Subardio mengatakan BlankOn Banyumas merupakan sistem operasi berbahasa Banyumasan yang sudah diterapkan di 23 desa anggota Gerakan Desa Membangun di Kabupaten Banyumas.
"Kami mengembangkannya selama 8 bulan dengan melibatkan praktisi teknologi informasi, mahasiswa, pelajar, blogger, dan warga desa," ujar Pri.
(Tempo.Co)
0 comments:
Post a Comment