Buat Stasiun Pengisian Listrik Cuma Rp6 Juta
Bandingkan dengan pembangunan SPBU yang minimal Rp 5 miliar
General Manager PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), Distribusi Jakarta dan Tanggerang, Mochammad Sulastyo, menegaskan, pembangunan infrastruktur Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) - PLN tidak menelan biaya besar. Hanya butuh sekitar Rp6 juta, guna menyediakan satu unit SPLU ini.
Advertisement | lanjutan artikel di bawahnya
"Perlu kami sampaikan investasi PLN sangat kecil. Kebetulan kami tidak perlu minta tambahan ke kantor pusat, dana operasional kami cukup," ujar Sulastyo di kantornya, Jakarta, Minggu 5 Agustus 2012.
Mulai minggu depan, pihaknya akan mulai menyediakan SPLU-PLN di 24 titik di kantor-kantor pemerintahan. "Tapi belum di SPBU," katanya.
Sementara itu Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkapkan, SPLU - PLN ini diwujudkan guna menjawab pertanyaan seluruh masyarakat mengenai ketersediaan infrastruktur mobil listrik ke depannya. Menurutnya masyarakat baru akan membutuhkan stasiun pengisian ini pada tahun depan, setelah mobil listrik mulai diproduksi massal.
"Makanya saya minta ke PLN coba di buatkan contoh untuk meyakinkan masyarakat, bahwa ini bisa," ujar Dahlan.
Dahlan memaparkan, investasi SPLU jauh lebih minim ketimbang SPBU. Guna membangun SPBU, dibutuhkan dana minimal Rp 5 Miliar dengan waktu pengerjaan minimal 3 tahun di area minimal setengah hektare.
"Sedangkan kalau SPLU, biayanya di bawah Rp 10 juta, pengerjaan satu minggu kelar. Tempatnya di pojok-pojok jalan bisa, di kantor, di mal bisa," kata mantan Direktur Utama PLN itu.
Stasiun Pengisian Listrik Terpisah dari SPBU
Stasiun Pengisian Listrik Umum ini butuh waktu pengisian, beda SPBU
Direktur Utama PT PLN (Persero), Nur Pamudji, menegaskan, Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) milik PLN tidak akan disatukan dengan stasiun pengisian bahan bakar umum. Pasalnya pola pengisian bahan bakar kedua energi tersebut berbeda.
Nur Pamudji menjelaskan, pengisian Bahan Bakar Listrik (BBL) tidak bisa seinstan BBM. Dibutuhkan tempat yang terjaga agar kendaraan listrik tersebut dapat mengisi energinya dengan waktu yang cukup.
"Jadi, SPLU ini akan kita taruh di tempat-tempat parkir, mall, rest area dan di rumah masing-masing," ujarnya di Jakarta, Minggu 5 Agustus 2012.
Kata Nurpamudji, nantinya dalam paket pembelian kendaraan listrik akan diberikan satu unit instalasi pengisian BBL di rumah pembelinya. Sehingga nantinya dalam mengisi energi listrik yang tersedot berbeda dengan listrik rumah.
Pemisahan listrik tersebut sangat penting dilakukan. Karena listrik yang tersedot cukup besar, jika disatukan dengan listrik rumah tidak akan kuat. "Kalau SPLU menggunakan koin, kalau yang di rumah pakai prabayar saja," katanya.
Nantinya untuk tahap awal, pengelolaan SPLU ini akan dilakukan oleh PLN. Menurutnya hal tersebut akan menjadi pemasukan baru ke depannya selain dari penjualan listrik reguler.
Selanjutnya, SPLU ini diharapkan akan mendongkrak pendapatan PLN nantinya. "Ini ada tambahan lagi untuk menjual listrik dengan harga nonsubsidi," katanya.
Sementara itu Menteri BUMN Dahlan Iskan meminta PLN membuat desain baru SPLU tersebut agar lebih menarik minat masyarakat untuk menggunakannya. Saat ini SPLU-PLN berbentuk kotak persegi seperti telepon umum pada umumnya.
"Mudah-mudahan ini menjadi bisnis baru PLN, daripada diambil orang lain," kata Dahlan.
Dahlan Iskan: Beli Listrik Pakai Koin di SPLU
Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) pertama di Indonesia diresmikan.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meresmikan sekaligus pemanfaatan perdana Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) pertama di Indonesia. SPLU ini mampu menyalurkan listrik sampai dengan 32 A atau 7040 VA guna memenuhi kebutuhan salah satunya mobil listrik ke depannya.
Dahlan menjelaskan, sistem kerja SPLU PLN ini seperti telepon umum. Pengguna tinggal memasukan koin yang berlaku seperti Rp 100, Rp 500, Rp 1.000 kedalam SPLU, lalu pengguna dapat mendapatkan energi dengan daya dan rentang waktu tertentu.
"Hanya saja kalau telepon umum anda dapat pulsa menelepon, kalau ini anda mendapat listrik," ujar Dahlan di Jakarta, Minggu 5 Agustus 2012.
Rencananya menurut Dahlan SPLU-PLN akan disiapkan di sepuluh titik yaitu kantor Meneg BUMN, 2 titik di kantor Meneg ESDM, 1 titik di Kantor Dirjen Lelistrikan, 1 titik di kantor layanan Bulungan, 1 titik di kantor layanan Mampang, 1 titik kantor layanan Ciputat, 1 titik di kantor layanan Menteng Gambir, 1 titik di kantor layanan Tanjung Priok, 1 titik di kantor layanan Lenteng Agung.
"Ke depannya, SPLU-PLN ini akan dikembangkan lebih lanjut, khususnya terkait dengan sistem pembayaran dari koin menjadi uang kertas atau elektronika," tambahnya.
Dirinya menegaskan, SPLU-PLN ini tidak hanya diperuntukkan guna pengisian energi mobil listrik, tapi segala jenis peralatan listrik, seperti handphone, laptop dan berbagai macam alat listrik lainnya. "Satu unit ada dua titik jadi bisa mengisi dua alat elektronik," tandasnya.
Dalam peresmian yang dilakukan di kantor layanan Gambir, Jakarta pusat, Minggu 5 Agustus 2012, diadakan pula bagi-bagi sembako kepada para pengurus panti asuhan di daerah Jabodetabek yang dipersembahkan dari Persatuan Ibu-ibu Distribusi Jakarta Raya dan Tanggerang.
Pemanfaatan perdana dilakukan Dahlan langsung untuk Mobil listrik karya Dasep Ahmadi dan motor listrik yang telah dimiliki PLN sebelumnya.
© VIVA.co.id