Minibus Listrik LIPI-BPPT |
Jakarta (ANTARA News) - Mobil listrik tidak murah karena baterai kendaraan itu sangat mahal.
"Kemenristek memiliki divisi khusus yang akan meneliti baterai seperti bagaimana batangan baterai dapat menyimpan tenaga lebih lama sehingga lebih efisien," kata Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia Gusti Muhammad Hatta. Dia mengemukakan hal itu saat peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Jakarta kemarin.
Dalam kesempatan itu, Kemenristek memamerkan bus nasional berbasis listrik buatan Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Bus yang memiliki nama Hevina (Hybrid Electric Vehicle Indonesia) menggunakan 100 buah baterai lithium (LiFe Po4) 320 VDC/24 A dan dapat mencapai 147 Hp dengan kecepatan maksimal 5000 rpm, torsi 300 Nm sehingga mampu melaju dengan kecepatan 100 km/jam dan daya jelajah 100 km.
"Semua komponen bis ini asli lokal hanya baterai harus import dari Amerika Serikat," kata Kepala Penelitian LIPI untuk bis listrik Abdul Hapid.
Hapid mengatakan ada dua tipe baterai listrik yaitu baterai kering seperti lithium dan baterai basah. Perbedaanya, baterai basah memiliki harga lebih murah hanya tapi daya kekuatannya hanya sebentar dan daya tempuhnya tidak terlalu jauh.
Sebaliknya, baterai kering jauh lebih mahal dan daya jangkaunnya lebih jauh dan dapat bertahan lama. "Baterai basah yang memiliki berat 570 kg dijual sekitar 20 jutaan dan jarak tempuhnya sekitar 70 km," kata Hapid.
Dana Rp. 1.2 miliar yang dikucurkan Kemenristek untuk pembuatan bus listrik itu, harga baterainya memakan sepertiga atau 30 persen.(adm)
"Kemenristek memiliki divisi khusus yang akan meneliti baterai seperti bagaimana batangan baterai dapat menyimpan tenaga lebih lama sehingga lebih efisien," kata Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia Gusti Muhammad Hatta. Dia mengemukakan hal itu saat peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Jakarta kemarin.
Dalam kesempatan itu, Kemenristek memamerkan bus nasional berbasis listrik buatan Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Bus yang memiliki nama Hevina (Hybrid Electric Vehicle Indonesia) menggunakan 100 buah baterai lithium (LiFe Po4) 320 VDC/24 A dan dapat mencapai 147 Hp dengan kecepatan maksimal 5000 rpm, torsi 300 Nm sehingga mampu melaju dengan kecepatan 100 km/jam dan daya jelajah 100 km.
"Semua komponen bis ini asli lokal hanya baterai harus import dari Amerika Serikat," kata Kepala Penelitian LIPI untuk bis listrik Abdul Hapid.
Hapid mengatakan ada dua tipe baterai listrik yaitu baterai kering seperti lithium dan baterai basah. Perbedaanya, baterai basah memiliki harga lebih murah hanya tapi daya kekuatannya hanya sebentar dan daya tempuhnya tidak terlalu jauh.
Advertisement | lanjutan artikel di bawahnya
Sebaliknya, baterai kering jauh lebih mahal dan daya jangkaunnya lebih jauh dan dapat bertahan lama. "Baterai basah yang memiliki berat 570 kg dijual sekitar 20 jutaan dan jarak tempuhnya sekitar 70 km," kata Hapid.
Dana Rp. 1.2 miliar yang dikucurkan Kemenristek untuk pembuatan bus listrik itu, harga baterainya memakan sepertiga atau 30 persen.(adm)
0 comments:
Post a Comment