Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts

Monday, September 17, 2012

SMS & Telpon Akan Punah Gara gara Internet?

 Hendri Mulya Sjam

Jakarta – Perkembangan teknologi seolah tak terbendung lagi. Saat ini, teknologi mempermudah orang untuk memasuki dunia maya. Tren pun kembali mengalami pergeseran.

Headline
Hendri Mulya Sjam - ist
“Teknologi berhasil mengubah kebiasaan orang. Kini, orang lebih senang menggunakan internet dan BlackBerry Messenger (BBM),” ungkap Head of Network Services and Quality Group Telkomsel Hendri Mulya Sjam di Jakarta baru-baru ini.

Tak hanya itu, ia menuturkan, ucapan untuk lebaran yang dulunya menggunakan SMS atau telepon mulai bergeser dengan layanan data termasuk BBM. “Pergeseran ini sudah terjadi selama tiga tahun terakhir,” katanya.

Pergeseran tren ini juga dipicu maraknya dan makin murahnya ponsel pintar serta pengguna yang mulai pandai untuk mengetahui layanan yang lebih murah. Trafik terbesar diperkirakan terjadi di Jawa Tengah, karena wilayah ini akan menjadi transit pemudik dari ibu kota.

Berikut wawancara lengkapnya.

Kapan trafik telekomunikasi tertinggi terjadi?

Trafik tertinggi diperkirakan terjadi di jalur mudik, tepatnya di jalur Pantura. Jakarta yang tadinya padat mengalami pergeseran karena banyak perantau yang pulang ke kampung halamannya masing-masing, termasuk di Jawa Tengah dan Jawa timur serta Sumatera.

Di tahun ini, sejauh ini ada 2,7 juta pengguna layanan seluler meninggalkan ibu kota. Perpindahan terbesar terjadi di Jawa Tengah, kemudian akan bergeser ke Jawa Timur.

Trafik telekomunikasi akan mengalami peningkatan. Diperkirakan trafik memuncak pada Malam Takbiran (18/8) hingga 19 Agustus pagi. Kenaikan akan terus terjadi hingga malam dan mulai menurun saat Subuh kemudian naik lagipada pukul 06.00 hingga 10.00 dan menurun kembali.





Rincian perkiraan lonjakan yang terjadi?

Ketika sidang Isbat diumumkan pemerintah, layanan SMS mulai menunjukkan adanya peningkatan sebesar 10%, MMS naik 100% dan trafik data BlackBerry naik 15%. Lonjakan SMS sendiri diperkirakan akan melonjak sebesar 50% atau sekitar 1,3 miliar.

Untuk layanan MMS diperkirakan meningkat hingga 100%.Sedangkan untuk layanan suara, diperkirakan meningkat 6% atau sekitar 1,15 miliar menit. Untuk layanan data, diperkirakan meningkat 23% atau sekitar 160 terabita.

Menariknya, okupansi jaringan Jabodetabek mengalami penurunan di titik 41% di mana okupansi normal mencapai 61%. Penurunan ini dipicu arus perantau yang mudik ke kampungnya masing-masing.

Hingga H-1, tak ada hambatan berarti terjadi di jalur Pantura. Successful Call Ratiodi jalur ini masih menunjukkan 90%.

Langkah antisipasi yang diambil?

Untuk mengantisipasi lonjakan trafik komunikasi, Telkomsel menyiapkan 10 Compact Mobile Base Transmitter (Combat). Selain itu, disiagakan pula fasilitas pemantauan trafik Supervisory and Network Monitoring Performance (Superman).

Fasilitas ini untuk mengawasi status kesiapan Base Transceiver Station (BTS) dan Base Station Controller (BSC)serta untuk merawat dan memperbaiki pendukung jaringan dari jarak jauh tanpa harus mendatangi lokasi BTS dan BSC.

Perbaikan ini guna mengatasi gangguan teknis yang dapat menyebabkan drop call. Kami juga melakukan penambahan 3.500 Base Transceiver Station (BTS). Hingga kini, total BTS 3G Telkomsel mencapai lebih dari 12 ribu unit.[ast]

Saturday, September 1, 2012

N250, Pesawat Buatan Indonesia Pertama

N-250 (Dok PT DI)
Prototipe pesawat yang murni buatan Indonesia mulai mengudara Agustus 1995. Sayangnya momentum penting itu kandas di tengah jalan dan menuju cul-de-sac (jalan buntu).

Tepat pukul 10.56 WIB tanggal 10 Agustus 1995, roda pesawat N250 Gatotkoco menyentuh landasan pacu Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Ribuan pasang mata yang menyaksikan pendaratan mulus Gatotkoco merasa bangga dan tak kuasa menahan haru.

Suasana yang sama juga menyelimuti para enjinir, teknisi, dan ribuan pasang mata saat menyaksikan N250 lepas landas dan terbang ke langit biru. Demikian salah satu cuplikan tulisan laporan utama Angkasa edisi no. 12 September 1995.

 Sejarah perakitan





Lebih jauh, Angkasa juga memaparkan kilas balik pembuatan pesawat yang dilakukan 100% oleh teknisi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, sekarang PT Dirgantara Indonesia/ PTDI). Pemaparan program produksi N250 sebenarnya sudah dilakukan sejak 1987 namun dalam kalangan terbatas. Baru pada saat Direktur Utama IPTN BJ Habibie menandatangani perjanjian kerjasama pemasaran dengan Presiden Aero Militair (AMD-AB) Sergei Dassault dalam Pameran Kedirgantaraan di Le Bourget, Paris, 1989, N250 diumumkan secara luas.

N250 yang berpenggerak baling-baling itu diperkenalkan sebagai pesawat komuter 50 kursi dan akan menggunakan teknologi canggih yang masih dirahasiakan. Pesawat ini direncanakan terbang perdana pada 1995.

Survei dari sisi komersial, N250 juga dianggap sangat menguntungkan. Titik impasnya hanya 200 unit. Padahal keperluan domestik Indonesia saja bisa menyerap 400 unit. Pada acara di Le Bourget itu pula diumumkan bahwa maskapai Merpati Nusantara sudah memesan 65 unit dan Bouraq 62 unit. Saat itu N250 dihargai 10-11 juta dolar AS. Tak pelak, para pesaingnya, yakni Saab 2000, Dash 8, ATR-42, Fokker F50, Le-610G dan Il-114 segera menunggu dengan harap-harap cemas. Begitu yang ditulis di Angkasa waktu itu.

Pada tahun 1991, Habibie mengumumkan teknologi yang dirahasiakannya. Teknologi tersebut adalah fly-by-wire (fbw) yang saat itu hanya dipakai oleh dua pabrikan besar yaitu Boeing dan Airbus untuk pesawat-pesawat jet tertentu. Fbw adalah sistem pengontrolan pesawat yang sepenuhnya dilakukan oleh komputer. Pemakaian sistem ini untuk pesawat baling-baling dianggap sebagai ide gila. Namun Habibie jalan terus.

Dalam perjalanan pengerjaan, pesawat ini mengalami beberapa perubahan. Desember 1991, rancang bangun N250 sedikit diubah. Sayap ekor pesawat yang semula low-tail (di bawah) diubah menjadi T-tail (di atas). Perubahan ini atas rekomendasi tim ilmuwan dari Puspitek, Serpong untuk optimalisasi kinerja pesawat.

Tahun 1993, prototipe 1 (PA-1) yang sudah setengah jadi menjalani pengujian di Pusat Uji Penerbangan (FTC). Pengujian dititik beratkan pada faktor aerodinamis, struktur, kontrol kemudi, proteksinya terhadap kilat, sistem hidrolik dan landing gear (roda pendarat).

Di tengah uji coba, Habibie melakukan gebrakan kembali. Habibie menyatakan pesawat akan diperbesar kapasitasnya dari 50 menjadi 70 kursi. Menurutnya, pasar di Asia Tenggara akan lebih besar pada pesawat berkapasitas ini. “Tak ada masalah dalam engineering-nya. Sayap dan mesinnya tetap, kecuali badannya saja diperpanjang dan landing gear diperkuat,“ ujarnya waktu itu.

Habibie juga menyatakan terobosan seperti itu biasa dilakukan Boeing dan Airbus. Dengan kata lain, hal itu tidak aneh dalam industri rancang bangun pesawat. Bahkan dengan mengembangkan kapasitas pesawat, pesaing N250 akan berkurang menjadi hanya dua. Yaitu ATR-72 dan ATP buatan British Aerospace.(Gatot R)

(Baca laporan lengkapnya pada Angkasa edisi Agustus 2012)

Wednesday, June 27, 2012

Inilah alasan Mengapa mobil listrik itu mahal ?

Minibus Listrik LIPI-BPPT
Jakarta (ANTARA News) - Mobil listrik tidak murah karena baterai kendaraan itu sangat mahal.

"Kemenristek memiliki divisi khusus yang akan meneliti baterai seperti bagaimana batangan baterai dapat menyimpan tenaga lebih lama sehingga lebih efisien," kata Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia Gusti Muhammad Hatta. Dia mengemukakan hal itu saat peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Jakarta kemarin.

Dalam kesempatan itu, Kemenristek memamerkan bus nasional berbasis listrik buatan Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Bus yang memiliki nama Hevina (Hybrid Electric Vehicle Indonesia) menggunakan 100 buah baterai lithium (LiFe Po4) 320 VDC/24 A dan dapat mencapai 147 Hp dengan kecepatan maksimal 5000 rpm, torsi 300 Nm sehingga mampu melaju dengan kecepatan 100 km/jam dan daya jelajah 100 km.

"Semua komponen bis ini asli lokal hanya baterai harus import dari Amerika Serikat," kata Kepala Penelitian LIPI untuk bis listrik Abdul Hapid.

Hapid mengatakan ada dua tipe baterai listrik yaitu baterai kering seperti lithium dan baterai basah. Perbedaanya, baterai basah memiliki harga lebih murah hanya tapi daya kekuatannya hanya sebentar dan daya tempuhnya tidak terlalu jauh.





Sebaliknya, baterai kering jauh lebih mahal dan daya jangkaunnya lebih jauh dan dapat bertahan lama. "Baterai basah yang memiliki berat 570 kg dijual sekitar 20 jutaan dan jarak tempuhnya sekitar 70 km," kata Hapid.

Dana Rp. 1.2 miliar yang dikucurkan Kemenristek untuk pembuatan bus listrik itu, harga baterainya memakan sepertiga atau 30 persen.(adm) 


Saturday, June 16, 2012

Inilah Asal-Muasal Batik di Nusantara- Sejarah Batik

Inilah Asal-Muasal Batik di Nusantara (1)
Pengunjung mencoba membuat batik
REPUBLIKA.CO.ID, Tahun 2009, Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) mengeluarkan keputusan menggembirakan tentang status salah satu aset budaya kita. ‘Kain ‘berlukis’ khas Indonesia, batik, ditetapkan sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia pada 2 Oktober.

Menjadi bagian dari kekayaan seni dan budaya yang antik dan artistik menjadikan batik begitu penting bagi Indonesia. Ia diperjuangkan dari klaim sebuah negeri Melayu lain dan hari penetapannya sebagai ‘harta’ milik Indonesia ditetapkan sebagai Hari Batik.

Sejarah batik yang panjang menjadi bukti keantikan fashion etnik yang satu ini. J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik berasal dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua (Iwan Tirta dkk. [1996] dalam Batik: a Play of Lights and Shades Volume 1'). Sebagian referensi menduga batik berasal dari bangsa Sumeria dan berkembang di Jawa setelah dibawa pada abad 14 oleh para pedagang India, negara yang kala itu berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam Parsi, Persia.

Meski kata ‘batik’ secara etimologi diyakini berasal dari akronim dua kata dalam bahasa Jawa—amba yang berarti “lebar, luas, kain” dan matik yang berarti “membuat titik-titik”—kehadiran batik di Jawa tidak tercatat. Namun demikian, sejumlah prasasti dan arca mencatatnya dengan cara yang lain.





Detil ukiran kain menyerupai pola batik pada arca Prajnaparamita (arca dewi kebijaksanaan Buddhis) yang diperkirakan berasal dari abad 13 M dan ditemukan di Malang, Jawa Timur. Detil pakaian sang dewi menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa saat ini.

Sejarawan berkebangsaan Belanda G.P. Rouffaer dalam Iwan Tirta dkk (1996) menyebutkan, pola gringsing telah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Ia menyimpulkan bahwa pola tersebut hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.

Referensi lain mengenai perkembangan batik ada pada legenda dalam literatur Melayu abad 17, Sulalatus Salatin. Dalam literatur tersebut, dikisahkan bahwa Sultan Mahmud memerintahkan Laksamana Hang Nadim agar berlayar ke India untuk mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan motif 40 jenis bunga pada setiap lembarnya (Dewan Sastera Volume 31 Issues 1-6 [2001], dikutip oleh Wikipedia). Kain serasah tersebut ditafsirkan sebagai batik.

Sedangkan dalam literatur Eropa, teknik batik pertama kali diceritakan dalam History of Java karya Sir Thomas Stamford Raffles, yang pernah menjadi gubernur Inggris di Jawa ketika Napoleon menduduki Belanda. Dikisahkan, saat mengunjungi Indonesia pada 1873, seorang saudagar Belanda bernama Van Rijekevorsel memberinya selembar batik.

Raffles lalu menyerahkan kain tersebut ke museum etnik di Rotterdam dan dipamerkan di Exposition Universelle Paris. Pada masa itulah, setelah berhasil memukau publik dan seniman, batik mulai memasuki masa keemasannya (Nadia Nava [1991] dalam Il Batik, dikutip Wikipedia).

Pun demikian Cina. Pedagang asal Negeri Tirai Bambu itu mencatat tentang batik Nusantara sejak lama. National Museum of Singapore (2007) dalam “Batik: Creating an Identity” mengisahkan, pada awal abad ke-14 M seorang pedagang dari Dinasti Yuan bernama Wang Dayuan melakukan dua perjalanan laut ke wilayah Asia Tenggara.

Dayuan lalu menulis buku berjudul Dao Yi Zhi Lue di tempat yang kini bernama Sri Lanka. Buku itu berisi catatan cuaca, barang-barang produksi, orang-orang, dan adat istiadat di tempat-tempat yang dikunjunginya. Dalam catatan perjalanannya itu ia menulis bahwa orang-orang di Jawa timur membuat kain bermotif yang bagus dan tidak luntur.

Inilah Asal-Muasal Batik di Nusantara (2)
Kain batik
Di Jawa, selain arca Prajnaparamita, sejumlah arca lain melengkapi catatan rekam jejak batik. Catatan dalam laman batiksolo.asia menyebutkan, pada patung emas Syiwa di Gemuruh Wonosobo (dibuat pada abad 9 M), terdapat motif dasar lereng. Sedangkan pakaian patung Ganesha di Candi Banon (abad 9 M) di dekat Candi Borobudur dihiasi oleh motif ceplok.

Motif batik juga ditemukan dalam motif pada patung Padmipani di Jawa tengah (diperkirakan dibuat sekitar abad 8-10 M). Motif liris melekat pada patung Manjusri di Ngemplak, Semongan, Samarang (abad 10 M).

Dalam beberapa literatur, sejarah perbatikan di Indonesia sering dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit (1293-1500 M) dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Penemuan arca dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya menegaskan hal itu. Raja pertama Majapahit yang memerintah pada 1294-1309 M itu mengenakan kain batik bermotif kawung.

Karena itulah, kesenian batik diyakini telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan diwariskan secara turun temurun. Selanjutnya, wilayah Majapahit yang luas membuat batik dikenal semakin luas di Nusantara.

Namun menurut KRT Hardjonagoro, pakar terkemuka batik Indonesia, meski bermula pada masa Majapahit, sejarah dan perkembangan batik di Nusantara mulai terekam sejak masa Kerajaan Mataram Islam (berdiri abad ke-17) di Jawa Tengah. Di antara rekaman sejarah batik itu, yang dapat ditelusuri dari Keraton, adalah keberadaan motif porong rusak dan semen rama.

Awalnya, ia digunakan sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi naskah atau tulisan, agar tampak lebih menarik. Lalu seiring perkembangan interaksi masyarakat dengan bangsa asing, perlahan dikenal media batik pada kain. Sejak itu, batik mulai digunakan sebagai corak kain yang berkembang sebagai busana tradisional khusus di kalangan ningrat keraton.

Penjelasan dalam referensi-referensi tentang batik menunjukkan bahwa pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram Islam, kemudian pada masa-masa Kasuhunan Surakarta di Solo dan Kasultanan Yogyakarta. Jadi, seni batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada masa raja-raja berikutnya hingga menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, terutama Jawa.

Beberapa contoh kain sejenis batik yang berasal dari luar Jawa adalah sarita dari Toraja, tritik (Palembang, Banjarmasin, dan Bali), kain jumputan dan kain pelangi (Jawa, Bali, Lombok, Palembang, Kalimantan, dan Sulawesi.

Ada pula kain sasirangan dari daerah Banjar, Kalimantan Selatan, serta kain cinde atau patola (Gujarat India) yang masuk ke Nusantara sebagai barang dagangan atau untuk ditukarkan dengan hasil bumi (Komaruddin Hidayat dan Putut Widjanarko [2008] dalam Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa). Batik menyebar luas pada akhir abad 18 hingga awal abad 19. Kesenian batik di sepanjang masa itu hanya menghasilkan kain-kain batik tulis, hingga kemudian batik cap (menggunakan pencetak dari kayu bermotif sebagai pengganti canting) mulai dikenal setelah Perang Dunia pertama.