Showing posts with label Pesawat. Show all posts
Showing posts with label Pesawat. Show all posts

Saturday, September 1, 2012

N250, Pesawat Buatan Indonesia Pertama

N-250 (Dok PT DI)
Prototipe pesawat yang murni buatan Indonesia mulai mengudara Agustus 1995. Sayangnya momentum penting itu kandas di tengah jalan dan menuju cul-de-sac (jalan buntu).

Tepat pukul 10.56 WIB tanggal 10 Agustus 1995, roda pesawat N250 Gatotkoco menyentuh landasan pacu Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Ribuan pasang mata yang menyaksikan pendaratan mulus Gatotkoco merasa bangga dan tak kuasa menahan haru.

Suasana yang sama juga menyelimuti para enjinir, teknisi, dan ribuan pasang mata saat menyaksikan N250 lepas landas dan terbang ke langit biru. Demikian salah satu cuplikan tulisan laporan utama Angkasa edisi no. 12 September 1995.

 Sejarah perakitan





Lebih jauh, Angkasa juga memaparkan kilas balik pembuatan pesawat yang dilakukan 100% oleh teknisi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, sekarang PT Dirgantara Indonesia/ PTDI). Pemaparan program produksi N250 sebenarnya sudah dilakukan sejak 1987 namun dalam kalangan terbatas. Baru pada saat Direktur Utama IPTN BJ Habibie menandatangani perjanjian kerjasama pemasaran dengan Presiden Aero Militair (AMD-AB) Sergei Dassault dalam Pameran Kedirgantaraan di Le Bourget, Paris, 1989, N250 diumumkan secara luas.

N250 yang berpenggerak baling-baling itu diperkenalkan sebagai pesawat komuter 50 kursi dan akan menggunakan teknologi canggih yang masih dirahasiakan. Pesawat ini direncanakan terbang perdana pada 1995.

Survei dari sisi komersial, N250 juga dianggap sangat menguntungkan. Titik impasnya hanya 200 unit. Padahal keperluan domestik Indonesia saja bisa menyerap 400 unit. Pada acara di Le Bourget itu pula diumumkan bahwa maskapai Merpati Nusantara sudah memesan 65 unit dan Bouraq 62 unit. Saat itu N250 dihargai 10-11 juta dolar AS. Tak pelak, para pesaingnya, yakni Saab 2000, Dash 8, ATR-42, Fokker F50, Le-610G dan Il-114 segera menunggu dengan harap-harap cemas. Begitu yang ditulis di Angkasa waktu itu.

Pada tahun 1991, Habibie mengumumkan teknologi yang dirahasiakannya. Teknologi tersebut adalah fly-by-wire (fbw) yang saat itu hanya dipakai oleh dua pabrikan besar yaitu Boeing dan Airbus untuk pesawat-pesawat jet tertentu. Fbw adalah sistem pengontrolan pesawat yang sepenuhnya dilakukan oleh komputer. Pemakaian sistem ini untuk pesawat baling-baling dianggap sebagai ide gila. Namun Habibie jalan terus.

Dalam perjalanan pengerjaan, pesawat ini mengalami beberapa perubahan. Desember 1991, rancang bangun N250 sedikit diubah. Sayap ekor pesawat yang semula low-tail (di bawah) diubah menjadi T-tail (di atas). Perubahan ini atas rekomendasi tim ilmuwan dari Puspitek, Serpong untuk optimalisasi kinerja pesawat.

Tahun 1993, prototipe 1 (PA-1) yang sudah setengah jadi menjalani pengujian di Pusat Uji Penerbangan (FTC). Pengujian dititik beratkan pada faktor aerodinamis, struktur, kontrol kemudi, proteksinya terhadap kilat, sistem hidrolik dan landing gear (roda pendarat).

Di tengah uji coba, Habibie melakukan gebrakan kembali. Habibie menyatakan pesawat akan diperbesar kapasitasnya dari 50 menjadi 70 kursi. Menurutnya, pasar di Asia Tenggara akan lebih besar pada pesawat berkapasitas ini. “Tak ada masalah dalam engineering-nya. Sayap dan mesinnya tetap, kecuali badannya saja diperpanjang dan landing gear diperkuat,“ ujarnya waktu itu.

Habibie juga menyatakan terobosan seperti itu biasa dilakukan Boeing dan Airbus. Dengan kata lain, hal itu tidak aneh dalam industri rancang bangun pesawat. Bahkan dengan mengembangkan kapasitas pesawat, pesaing N250 akan berkurang menjadi hanya dua. Yaitu ATR-72 dan ATP buatan British Aerospace.(Gatot R)

(Baca laporan lengkapnya pada Angkasa edisi Agustus 2012)

Sunday, August 12, 2012

Pesawat N-250 adalah 1 dari 5 Tonggak dan Bukti Sejarah RI

N250 IPTN
BANDUNG - Mantan Presiden RI, BJ Habibie, mengenang pesawat perdana buatan Indonesia, N-250. Penerbangan perdana pesawat itu disebut Habibie sebagai satu dari lima tonggak penting sejarah Indonesia.

Habibie menyebut lima tonggak sejarah bangsa Indonesia, yakni Budi Utomo (20 Mei 1908), Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928), Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), dan tonggak keempat, penerbangan perdana pesawat paling canggih N-250 pada 10 Agustus 1995. Profesor jebolan universitas di Jerman itu melanjutkan tonggak kelima ialah Reformasi (21 Mei 1998).

Hal tersebut disampaikan Habibie pada penutupan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Jumat kemarin.

Pesawat N-250, lanjut mantan Menristek itu, merupakan hasil karya Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia.

“Terbangnya N-250 merupakan prestasi nyata bangsa Indonesia di bidang teknologi dirgantara,” tegasnya.

Tanggal penerbangan perdana N-250 pada 17 tahun lalu yang kemudian dicanangkan sebagai Harteknas.





Sedangkan dalam konteks penerbangan sipil, pesawat N-250 mencatat sejarah tersendiri yakni sebagai pesawat turbocorp pertama dengan sistem kendali teknologi fly by wire.

Terciptanya N-250, sambung dia, mampu menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu unjuk gigi. Indonesia dipandang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Habibie mendorong kepada semua pihak serta pihak kampus untuk semangat untuk mengembangkan diri. “Secara kualitas kita mampu bersaing dengan bangsa lain,” pungkasnya.(ton)

(Okezone)

Wednesday, August 8, 2012

Pesawat KT-1B Buatan Indonesia untuk Korea

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgLWOoQasKWNc7FUlpfhT2fF7cd6xJulQeFJSJ-SUIrHohteqzOJ7kUiduoQ1l5rZNbbn-PFm97a-G7QKMHiJjhO6UOB-_eSjmkJyNBaryRtBSk5gS5wwzZxs02eIH9h6G7rmc3CBy2uHI/s280/dsc06975.jpg
KT-1B Wong Bee TNI AU. (Foto: Lanud Adisutjipto)
INILAH.COM, Bandung - PT Dirgantara Indonesia berhasil menuntaskan pemesanan Korea untuk merakit tiga pesawat KT-1B. Proses pengerjaan pesawat ini memakan waktu lebih dari empat bulan.

"Pengerjaan perakitan pesawat KT-1B ini dimulai sejak April dan hari ini (Rabu) akan kami serahkan kepada Korea," ujar Manager Bisnis Integrasi Direktorat Aircraft PT DI Simet Kadan kepada wartawan usai acara Indonesia-Japan Join Airbone Campaign Pisar-L2 di kawasan PT DI, Jalan Padjajaran, Kota Bandung, Rabu (8/8).

Dia menjelaskan pesawat ini memiliki akselerasi yang sangat baik sehingga tergolong pesawat aerobatik ataupun trainning. Pesawat ini bisa bergerak gesit karena didukung baling-baling turbo dibagian mocong pesawat.






"Ukurannya lebih besar dari maseraty dan mesinnya pun bandel," ucapnya.

Lebih lanjut dia menuturkan pada proyek perakitan pesawat ini, PT DI hanya berperan sebagai subkontraktor. Pasalnya, proyek kerjasama berlangsung antara Korea Selatan dengan TNI Angkatan Udara.

"Kita hanya subkontraktornya saja. Perjanjiannya sih antara Korea dengan TNI AU," jelasnya.

Setelah perakitan tiga pesawat ini, katanya, PT akan merakit dua pesawat lagi karena total ordernya mencapai lima pesawat. Korea Selatan menaruh kepercayaan kepada PT DI karena kerjasama serupa pernah berlangsung pada tahun 1998.

"Pada 1998 kami juga mendapat order dengan volume yang sama. Bahkan, PT DI juga telah diminta mengimprove pesawat yang lama dengan teknologi Automatic Radar Treat System (ARTS) di Bandara Adisucipto Yogyakarta. Ada sekitar 11 orang yang mengerjakannya proyek tersebut," pungkasnya. [hol]

(Inilah)

Friday, July 27, 2012

Apa Kabar Industri Pesawat Terbang Indonesia? inilah ulasannya

Dalam kesempatan kunjungan resmi ke Korea Selatan sebagai kepala staf Angkatan Udara Republik Indonesia,salah satu acara formal adalah mengunjungi lokasi strategis Angkatan Udara Korea di luar Kota Seoul.

Perjalanan ke tempat tersebut dilakukan menggunakan pesawat helikopter yang berpangkalan di salah satu pangkalan udara yang berdampingan dengan Air Force Base, unit dari Angkatan Udara Amerika Serikat. Selesai acara resmi, rombongan kami saat itu tertunda lebih kurang satu jam dalam jadwal perjalanan kembali ke Seoul karena cuaca yang berubah buruk. Seorang kolonel menghadap saya menjelaskan bahwa perjalanan kembali ke Seoul tidak dapat dilaksanakan menggunakan helikopter atau pesawat rotary wing yang tadi.

Disebutkan alasannya adalah pesawat tersebut tidak bisa terbang tinggi berhubung dengan perkembangan keadaan cuaca yang memburuk. Markas Besar di Seoul memerintahkan untuk mengirim sebuah pesawat fixed wing VIP menjemput saya dan rombongan. Setelah pesawat siap, kami pun segera bergegas menuju tempat parkir pesawat. Agak sedikit kaget karena ternyata pesawat fixed wing VIP yang disiapkan tersebut ternyata dari jenis CN-235.

Selesai melaksanakan penghormatan berjajar sesuai dengan prosedur pemberangkatan VIP,sang Captain Pilot dengan tersenyum lebar mendekat ke saya dengan mengatakan penuh bangga bahwa saya akan diantar kembali ke Seoul dengan pesawat fixed wing terbaik yang tersedia di Korea Selatan dan itu adalah pesawat terbang “asli” buatan negara anda! Terharu dalam hati, saya tersenyum sejenak dan mulai meneliti interior CN-235 yang sama sekali belum pernah saya saksikan sebelumnya.

Tidak bisa saya sembunyikan kekaguman terhadap desain interior CN-235 VIP Angkatan Udara Korea Selatan ini.Konon,belakangan setelah itu, saya memperoleh informasi bahwa desain dan perlengkapan VIP interior CN-235 tersebut adalah produk dari pesanan khusus Pemerintah Korea Selatan kepada pihak PTDI.





Terus terang, sangat mewah untuk ukuran Indonesia dan yang istimewa adalah sangat bersih,termasuk lantainya. Yang sangat mengharukan saya adalah melihat bagaimana para awak pesawat bertugas di pesawat itu dengan penuh kebanggaan. Bertugas menerbangkan VIP dengan pesawat khusus buatan Bandung!

Di pertengahan masa jabatan saya lainnya, Panglima Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) berkunjung tidak resmi ke Surabaya dengan transit semalam di Jakarta. Saya datang menemuinya di salah satu hotel di Jakarta Pusat.Ada rasa ingin tahu,apa gerangan yang menjadi acara penting Panglima ke Surabaya. Ternyata,Panglima TUDM beserta satu set kru lainnya hendak berlatih simulator CN-235 di Surabaya.

Saya bertanya kepada Panglima, Jenderal Dato’ Suleiman, jam berapa tiba dan menggunakan apa? Surprise sekali saya memperoleh jawaban ternyata Panglima mengemudikan sendiri pesawat CN-235 TUDM VIP dengan menyertakan dua co-pilot yang akan berlatih simulator di Surabaya. Jenderal Dato’ Suleiman menceritakan kepada saya betapa dia sangat menikmati terbang dengan CN-235. Saya tidak punya rating/ kemampuan menerbangkan CN-235 karena sebagian besar perjalanan terbang saya adalah menerbangkan C-130 Hercules.

Secara kebetulan, Jenderal Dato’ Suleiman juga mempunyai rating pesawat Hercules. Dengan demikian saya dapat mendiskusikannya agak lebih teknis apa yang dimaksudkannya “nikmat” menerbangkan CN-235 dengan membandingkannya dengan Hercules. Diskusi berakhir dengan pernyataan Panglima TUDM yang sangat saya percaya jauh dari basa-basi bahwa secara teknis, menerbangkan CN-235 tidaklah kalah menyenangkan dari menerbangkan Hercules.

Dia menutup dengan hal yang sangat mengharukan hati saya bahwa seluruh warga TUDM sangat berbangga hati memiliki dan mengoperasikan pesawat CN-235 produksi dari bangsa serumpun! Dari dua uraian ilustrasi tadi, kiranya telah lebih dari cukup untuk mewakili refleksi dari beberapa negara lainnya di kawasan Asia Pasifik yang juga menggunakan pesawat buatan anak bangsa CN-235.

Pesawat tersebut telah membuktikan dirinya, betapa kelas dari hasil jerih payah putra sang Ibu Pertiwi sudah memperoleh pengakuan de facto di panggung global. Sangat disayangkan, kini justru di negeri sendiri kita mulai sulit untuk dapat menyaksikan CN-235 membelah angkasa Nusantara, menjaga persada. Sangat berbeda kehadiran CN- 235 bila dibandingkan dengan pesawat Casa-212 yang juga keluar dari kandungan PTDI.

CN-235 dari sejak awal memang telah lahir dari kerja keras dan olah pikir anak-anak kebanggaan kita.Lahir dari pemikiran orisinal sejak desain dasar pesawatnya, bukan sekadar kerja yang mencampur “asem dengan beling” alias assembling alias “jahit obras” belaka. Tidak berlebihan kiranya bila banyak pihak yang masih saja menginginkan produk kebanggaan seperti ini dapat diteruskan.

Diteruskan yang memang pasti membutuhkan tekad kuat yang harus dilandasi dengan rasa bangga atas karya sendiri. Yang memang diperlukan adalah spirit dan daya juang untuk bertempur dalam kancah persaingan internasional dibandingkan dengan hanya mencari kemudahan melalui kerja ringan memoles saja karya negara lain untuk diluncurkan melalui jalur assembly-line aircraft manufacturer yang bernama PTDI.

Mudah-mudahan kita ini semua tidak mudah untuk selalu tergoda dengan “jalan pintas” yang selalu saja merangsang alias “menggiurkan” itu. Marilah kita semua mempertebal iman di dalam bulan Ramadan yang suci ini. Selamat menjalankan ibadah puasa!
CHAPPY HAKIM

Sumber : SINDO

PT. DI Jual 7 Pesawat Usang

BANDUNG, TRIBUN - Di lingkungan PT Dirgantara Indonesia (DI) sejauh ini terdapat sejumlah pesawat usang yang tidak lagi terpakai. Di lingkungan lembaga BUMN yang dahulu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) itu ada beragam jenis pesawat.

"Ada beberapa pesawat usang, antara lain jenisnya DAS 10 yang merupakan produksi 1986," kata Kepala Tim Komunikasi PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, Selasa (24/7).

Sonny menuturkan, tujuh unit pesawat usang itu antara lain empat unit DAS 10 dan sisanya, Boeing 737. Ketujuh pesawat itu tidak lagi terpakai karena maskapai penerbangannya mengganti DAS 10 dengan jenis Boeing 737. "Jadi, kami berencana menjual ke-4 pesawat usang yang tidak terpakai itu secara kiloan," ungkap Sonny.

Sedangkan rencana penjualan 3 unit pesawat bermesin jet, Boeing 737 karena ketiga pesawat itu milik dua maskapai yang tidak lagi beroperasi, yaitu Adam Air dan Bouraq. Dijelaskan, awal keberadaan ke-3 Boeing 737 itu di PT DI yaitu untuk menjalani perawatan rutin.

Akan tetapi, pada kenyataannya, Adam Air dan Bouraq tidak lagi beroperasi. Akibatnya, terjadi penunggakan karena biaya perawatan meninggi. "Nilainya sekitar 50-100 ribu dolar AS," kata Sonny.

Meski penjualannya secara kiloan, Sonny menyatakan, pelaksanaannya melalui mekanisme dan prosedur yang berlaku. Artinya penjualan itu melalui proses tender. (*)

Sumber : jabar.tribunnews

Saturday, July 21, 2012

CN 235 MPA, Pesawat Patroli Maritim Indonesia Makin Diminati

BANDUNG – Keandalan pesawat CN-235 versi patroli maritim terus diakui. Dua negara telah menyatakan minatnya. PT Dirgantara Indonesia berharap ketertarikan tersebut dapat segera diwujudkan dalam kontrak pembelian.

 Kedua negara tersebut adalah Pakistan dan Philipina. Dalam pekan ini, delegasi kedua negara melakukan kunjungan ke pabrik pesawat terbang dalam negeri itu yang berbasis di Bandung. Dari hasil kunjungan itu, Pemerintah Philipina berminat untuk membeli sebanyak 2 unit pesawat CN-235 MPA (Maritime Patrol Aircraft).

Jika gol, ini merupakan pembelian perdana negara tetangga di ASEAN itu untuk versi militer. “Kalau untuk kepentingan militer, ini adalah peristiwa kali pertama, tapi kalau untuk versi sipil Philipinapernah mengoperasikannya beberapa waktu lalu melalui maskapai Asian Spirit,” jelas jubir PT DI, Rakhendi Triyatna di Bandung, Jumat (13/7).

Untuk Pakistan, jumlah pesawat yang diinginkan belum disebutkan. Hanya saja, negara tersebut merupakan pelanggan PT DI karena pernah membeli 4 unit pesawat serupa terdiri dari tiga pesawat pengangkut dan satu unit lagi versi VIP. Diharapkan, kunjungan itu dapat membuka kembali opsi pembelian pesawat sejenis oleh Pemerintah Pakistan. Terlebih pesawat serba guna itu dikenal andal sebagai alat utama sistem persenjataan termasuk untuk kepentingan patroli maritim.





Terakhir, CN-235 Patroli Maritim itu diminati Pemerintah Korsel. Pesanan 4 unit pesawat tersebut telah dikirimkan ke Korsel seluruhnya pada Maret lalu. Pesawat yang mencakup operasi jarak sedang itu digunakan untuk patroli penjaga pantai di negara tersebut. Saat ini, PT DI juga tengah mengerjakan pesanan TNI Angkatan Laut sebanyak 5 unit. Sebelumnya, sejak 2008, pesawat patroli maritim itu seudah dioperasikan oleh TNI AU. Selain Korsel, pesawat itu digunakan pula oleh Turki.

Sumber : Suara Merdeka

Saturday, July 7, 2012

Pesawat Militer Indonesiac: C-295, NC-295, atau CN-295

Sejak awal kemerdekaan hingga 1977,Skadron 2 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta menggunakan pesawat C-47 Skytrain Dakota. Pesawat ini merupakan pesawat angkut militer taktis,pengembangan dari pesawat angkut sipil Douglas DC-3 yang terkenal itu.

Begitu suksesnya desain dari pesawat ini, pabriknya telah membuat tidak kurang dari 10.000 pesawat yang tersebar ke seantero jagat ini. Pada 1977 pesawat Dakota diganti secara bertahap dengan pesawat Fokker F-27, dan tidak lama setelah itu secara berangsur pula diganti dengan pesawat buatan PTDI dan Spanyol,CN-235. Skadron 2 adalah sebuah skadron angkut militer taktis pertama yang menjalankan tugas terbang ke hampir seluruh pelosok Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke.

Dulu Skadron 2 merupakan unsur angkut militer taktis yang berada di bawah Komando Paduan Tempur Angkatan Udara (Kopatdara) yangkinitelahberubah menjadi Koopsau 1.Skadron ini melaksanakan tugas atau misi penerbangan angkut militer mencakup tugas-tugas transportasi personel dan logistik berjadwal. Di samping itu juga melakukan tugas penerjunan pasukan tempur statik dan terjun bebas, misi pengintaian, dan pemotretan udara.

Sebagai alat utama sistem senjata bidang light/medium military transport jarak pendek, skadron ini berperan sebagai tempat menggodok para penerbang angkut lulusan sekolah penerbang sebelum mereka akan bertugas ke Skadron VIP dan ke Skadron Angkut Linud Berat C-130 Hercules. Skadron 2 memang sebuah skadron awal bagi pembinaan military transport pilot dalam konteks menuju “combat readiness” dari primary unit unsur angkut militer Angkatan Udara.





Dakota, F-27, dan CN-235 adalah pesawat yang sangat tepat untuk mengantar keterampilan penerbang transportasi militer selepas mereka menyelesaikan sekolah terbang dasar. Lompatan dari pesawat latih di sekolah penerbang ke pesawat operasional menjadi jenjang yang sangat ideal bagi pembinaan military transport pilot di Skadron 2 ini. Jenjang, sebelum mereka menerbangkan pesawat yang lebih besar, lebih modern dan lebih canggih dari aspek operasi militernya.

 Jahit dan Obras?

Kini tersiar kabar tentang akan digantikannya pesawat F- 27 dengan pesawat terbang EADS CASA C-295 buatan Airbus Military, Spanyol.Konon, upaya ini dilakukan dalam rangka membangun kembali kemampuan dari PTDI yang sudah cukup lama telantar alias membeku. C-295 buatan Spanyol ini pertama kali terbang pada November 1997 dan baru dapat diperkenalkan ke pasar dunia pada 2001.

Pengguna pertama tentu saja Angkatan Udara Spanyol, kemudian Brasil, Polandia, dan Portugis. Secara keseluruhan, pesawat ini baru dibuat sebanyak 86 buah.Walaupun pesawat C-295 merupakan pengembangan dari pesawat CN-235, PTDI sama sekali tidak terlibat dalam proses pembuatannya sejak awal. Sangat berbeda dengan proses pembuatan CN-235 yang IPTN waktu itu sudah duduk dan bekerja sejak proses desain awalnya.

Belakangan ini sudah mulai menjadi rancu karena beberapa waktu lalu tiba-tiba muncul pesawat terbang dengan tulisan NC-295, tidak lama kemudian muncul lagi pesawat yang sama dengan tulisan besar berujud sebagai CN- 295. Nah,mengenai hal ini, mari kita coba membuat persoalan menjadi jernih dan tidak membingungkan. Konon, dahulu ada sebuah nomenklatur yang dianut oleh pabrik pesawat terbang IPTN yang kini bernama PTDI itu.

Patokannya, bila menggunakan nama NC-XXX, ini berarti bahwa pesawat tersebut adalah keluaran PTDI yang bukan didesain PTDI, tetapi hanya “dijahit” dan “diobras” oleh PTDI. Contohnya pesawat NC-212 yang diproduksi pada 1970-an, berikutnya CN-XXX.Ini berarti bahwa pesawat itu keluaran IPTN/ PTDI yang didesain, dites, dan diproduksi oleh Indonesia (Nurtanio) dan Spanyol (Casa) contohnya CN-235.

Selanjutnya pesawat dengan kode NXXX adalah pesawat yang di desain, dites, dan diproduksi oleh PTDI contohnya “almarhum” N-250 dan ren-cana regional jetN-2130. Bila kita melihat dalam buku Jane’s all the World Aircraft—salah satu referensi kredibel dari daftar produksi pesawat terbang dunia, kita tidak akan pernah menemukan di dalamnya mengenai pesawat CN-295 dan atau NC-295.

Masalahnya sederhana, yaitu memang kedua pesawat terbang tersebut sebenarnya tidak pernah ada. Yang ada adalah C-295, sebuah pesawat produksi “murni”Spanyol. Jadi nanti bila kita bekerja sama dengan Airbus Military untuk memproduksi pesawat C-295, sebenarnya kita kembali ke tahun 1970-an, yaitu dalam proses memproduksi NC-212. Sesuai nomenklatur, sebutannya tidak bisa lain, selain NC-295.

Kita menjadi agak sulit untuk memaksakan pesawat tersebut menjadi CN- 295 karena memang kita tidak memiliki bagian dari hak ciptanya. Sama sekali tidak ada keterlibatan kita dari sejak desain awal dan proses produksi lanjutannya. Kita tidak bisa menghindar dari status yang hanya akan melakukan kegiatan “jahit” dan “obras”belaka.

 Pilihan

Apa pun yang terjadi,upaya ini pun patut dihargai sebagai perhatian yang cukup serius terhadap “pembangunan kembali” industri pertahanan strategis ini.Konon,bila kita sudah sukses “menjahit”dan “obras” sebanyak lebih kurang 10 pesawat sekaligus “membelinya”, kita akan diberikan kepercayaan sebagai pabrik tunggal penghasil “C-295” untuk kawasan Asia-Pasifik.

Sayangnya, untuk bisa menghasilkan pesawat C-295 itu, kita harus mengimpor terlebih dahulu peralatan- peralatan canggih pembuat C-295 serta sumber daya manusia (SDM) ahli yang harus mendampingi terlebih dahulu dari Spanyol ke Indonesia. Ini semua “cost” yang tidak sedikit, untuk menghindar menggunakan istilah “sangat mahal” dan yang paling menyedihkan adalah produk tersebut belum tentu “laku” dijual.

Ini mengacu pada realita bahwa sampai detik ini tidak ada satu pun negara di Asia- Pasifik yang telah dan akan membeli C-295. Dengan memproduksi (“jahit” dan “obras” saja) C-295, langkah ini akan membunuh PTDI dalam membuat sendiri CN-235 yang sudah terbukti kemampuannya. Pertanyaan yang kemudian muncul,mengapa kita tidak memilih memproduksi kembali CN-235 saja?

Bicara tentang kemampuan, bukanlah masalah yang perlu dipertanyakan lagi, demikian pula dengan SDM berpengalaman dan peralatan yang memang sudah terpasang diBandung.Fakta berbicara,pesawat jenis ini sudah digunakan oleh kita sendiri dan banyak negara lain di sekitar kawasan sendiri seperti Malaysia,Korea Selatan,Filipina,Thailand,Uni Emirat Arab, Pakistan, Kamboja, Brunei, dan lain-lain.

Ke depan negara-negara tersebut tidak mustahil berniat untuk menambah armadanya, minimal masih akan memerlukan komponen dan spare parts dari CN-235. Dengan memproduksi lebih banyak lagi CN-235, tidak bisa dihindari kualitas dan keterampilan PTDI sebagai manufaktur akanberkembangdenganpesat. Beriringan dengan itu, lompatan para teknisi dan terutama para military transport pilot, pemula atau freshman pilot dari sekolah penerbang ke jenjang military operational mission menuju “combat readiness” dengan CN-235 ke jenjang yang lebih tinggi lagi akan dapat dipertahankan dalam pola yang standar.

Tidak terganggu dengan kelas C-295 yang serbatanggung dalam jajaran gugus angkut udara militer di Angkatan Udara Republik Indonesia.CN- 295 tidak masuk kelas angkut ringan, tetapi belum dapat mengemban misi lintas udara angkut berat seperti yang sekarang diperankan oleh Hercules. Apabila C-295 yang merupakan produk dari Airbus Military itu jadi dikerjakan di Bandung, dikhawatirkan akan beredar selorohan baru bagi PTDI, yaitu akan berubah nama menjadi PDAM alias Perwakilan Dagang Airbus Military.

Namun, semua itu pilihan. Tetapi seyogianya pilihan yang paling ideal adalah pilihan yang mengacu pada “our national interest”, pilihan kepada apa yang kita inginkan, kita miliki, dan apa yang kita mampu.Theodore Roosevelt mengatakan: ”Do what you can,with what you have,where you are.“ ● CHAPPY HAKIM Pencinta Penerbangan

Sumber : Seputar Indonesia

Saturday, June 23, 2012

PT DI Percepat Produksi Pesawat N295

Dananjoyo Kusumo / Jurnal Nasional
Suasana perjanjian kerja sama antara PT Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military untuk memproduksi bersama pesawat angkut militer sedang, N295 di Indonesia.
Jurnas.com | PT Dirgantara Indonesia (Persero) sudah mempercepat produksi pesawat transpor militer menengah N295 guna memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Udara menggantikan Fokker-27. "Kami ini sudah masuk gigi tiga untuk produksi N295 karena harus mengejar waktu penyelesaian sembilan pesawat sampai akhir 2014," kata Sonny Saleh Ibrahim, Asisten Dirut PT DI Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan merangkap Pembina Komunikasi Perusahaan, Sabtu (23/6).

Sonny dimintai komentarnya sehubungan dengan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Rio de Janeiro, Brasil, Jumat waktu setempat atau Sabtu WIB, setelah menyampaikan belasungkawa untuk korban gugur dalam jatuhnya pesawat Fokker-27 TNI AU di Jakarta, Kamis (21/6) lalu.

Sonny mengatakan PT DI memang sebelumnya sudah mempercepat produksi N295 bahkan sudah 60 personel PT DI dikirimkan secara bertahap ke Airbus Military (dulu, Cassa yang melebur ke Airbus Military) di Spanyol.





Langkah percepatan PT DI itu, menurut Sonny, tak hanya terkait pada kebutuhan di dalam negeri, yakni untuk operasional TNI AU, namun juga sudah ada ikatan bisnis dengan Airbus Military untuk menjadikan PT DI sebagai pusat pengiriman (delivery center) pesawat-pesawat N295 di kawasan Asia Pasifik.

Sonny menjelaskan, pesawat angkut sedang tersebut untuk penggunaan di Indonesia akan disebut N295 sebagaimana yang diucapkan Presiden di Brasil, namun untuk pemasaran Asia-Pasifik disebut CN295. Untuk penjualan di kawasan lain, tetap sebagai C295.

Berdasarkan kerja sama itu, PT DI mengerjakan komponen-komponen tertentu N295 yang selanjutnya diintegrasikan di pabrik Airbus Military. Setelah empat atau lima pesawat dikerjakan di Spanyol, selanjutnya keseluruhan produksi dilaksanakan di Bandung.

Sonny menambahkan untuk sembilan pesawat yang dibutuhkan TNI-AU, dalam tahun 2012 akan diselesaikan dua pesawat, yang keseluruhan pembuatannya memang masih di Spanyol. Namun target pengerjaan untuk sisa pesanan pertama itu di Bandung sudah akan tercapai pada tahun 2012.

Cocok untuk Indonesia Sonny menjelaskan, tipe pesawat angkut sedang N295 sangat cocok untuk kondisi geografis Indonesia, khususnya dalam operasi-operasi penerjunan personil yang selama 35 tahun terakhir perannya dilakukan oleh Fokker-27.

N295 berkapasitas angkut 45 personel, di atas CN235 yang untuk 35 personel, namun jauh di bawah pesawat transpor berat C-130 Hercules yang mampu membawa 90 personel.

Pesawat N295 ini multifungsi, bisa digunakan untuk keperluan operasi militer, logistik, kemanusiaan, maupun evakuasi medis.

Pengadaan sembilan N295 untuk TNI AU ditandatangani Dirut PT DI dengan Kementerian Pertahanan disaksikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Dirut PT DI Budi Santoso saat Pameran Dirgantara Singapura awal tahun ini. Antara


Jurnas.com

Thursday, June 21, 2012

Pesawat Fokker TNI AU Jatuh di Halim


 Pesawat Fokker TNI AU Jatuh di Halim, Beberapa Rumah Terbakar

Ilustrasi Fokker 27 TNI AU
Jakarta Pesawat Fokker TNI AU jatuh di sekitar landasan Bandara Halim Perdana Kusumah Jakarta Timur. Pesawat itu menimpa beberapa rumah di dekat bandara Halim. Beberapa rumah terbakar.

Informasi seorang saksi mata kepada detikcom, pesawat itu jatuh pada pukul 14.45 WIB, Kamis (21/6/2012). Pesawat jatuh di sekitar landasan Bandara Halim Perdana Kusumah.

"Ada sekitar 6-8 rumah warga yang terbakar. Rumah itu berada di sekitar Jalan Beranjangan," kata saksi mata tersebut.

Hingga kini beberapa mobil pemadan kebakaran sudah tiba di bandara Halim Perdana Kusumah.(asy/gah)

 Pesawat Fokker TNI AU Jatuh di Halim Saat akan Mendarat

Jakarta Pesawat Fokker TNI AU jatuh di sekitar Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur dan menimpa beberapa rumah warga. Pesawat itu jatuh saat akan mendarat.

"Pesawat Fokker jatuh saat akan mendarat. Proses pendaratannya terganggu," kata seorang saksi mata kepada detikcom, Kamis (21/6/2012).

Pesawat itu menimpa beberapa rumah warga di Kompleks Rajawali di Jalan Branjangan. Rumah-rumah itu akhirnya terbakar. Pesawat jatuh sekitar pukul 14.45 WIB.

Saat ini, beberapa unit mobil pemadam kebakaran sudah tiba di Bandara Halim.(asy/gah)

 Asap Mengepul dari Rumah yang Tertimpa Fokker

Jakarta Asap masih mengepul dari rumah yang tertimpa Fokker 27 di kawasan Lanud Halim Perdanakusumah, Jaktim. Percikan api juga sesekali masih terlihat.

"Pemadam kebakaran sudah berada di lokasi," kata warga sekitar, Yayan, saat dikonfirmasi, Kamis (21/6/2012) pukul 15.15 WIB.

Petugas pemadam juga berjibaku menjinakkan api. Sedang lokasi sudah dijaga petugas TNI. Warga tidak diperkenankan mendekat. Pesawat jatuh sekitar pukul 14.45 WIB.

"Warga juga sudah berkerumun, asap masih mengepul," jelasnya.

Hingga kini belum diketahui ada berapa korban jiwa yang jatuh akibat insiden ini. Rumah yang tertimpa pesawat milik TNI AU itu terletak di Kompleks Rajawali, Jl Branjangan.(ndr/nrl)

 Fokker Jatuh di Halim Dipiloti Mayor Hery & Kopilot Lettu Paulus

Jakarta Pesawat Fokker-27 milik TNI AU yang jatuh di kawasan Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, dipiloti Mayor Pnb Hery.

"Sampai saat ini diketahui pilotnya bernama Mayor Pnb Hery dan kopilot Lettu Paulus," kata Kapuspen TNI Laksamana Pertama Iskandar Sitompul saat dihubungi detikcom, Kamis (21/6/2012).

Iskandar mengatakan masih belum diketahui berapa penumpang yang berada di dalam pesawat. Pihaknya masih menyelidiki lebih lanjut.

"Masih pilot dan kopilotnya saja yang baru diketahui. Penyebab dan penumpang lainnya masih didalami lagi," jelasnya.

Pesawat itu menimpa beberapa rumah warga di Kompleks Rajawali di Jalan Branjangan, yang berdekatan dengan bandara. Rumah-rumah itu akhirnya terbakar. Pesawat jatuh sekitar pukul 14.45 WIB.

Saat ini, beberapa unit mobil pemadam kebakaran dan ambulans sudah tiba di Bandara Halim.(gus/nrl)

 RSAU Esnawan Halim Kirim 10 Ambulans Evakuasi Korban Fokker

Jakarta RSAU dr Esnawan Antariksa sudah mengirimkan semua ambulansnya untuk mengevakuasi korban pesawat Fokker-27 milik TNI AU yang jatuh di Komplek Rajawali, Jalan Branjangan, Halim, Jakarta Timur. Ambulans dan tim medis sedang melakukan evakuasi.

"Semua sudah dikirim ambulansnya. Posisi pesawat di Komplek Rajawali, Jalan Branjangan," jelas operator RS dr Esnawan Antariksa Halim Perdanakusumah, Serka Lisma, ketika dihubungi detikcom, Kamis (21/6/2012).

Berapa ambulans yang dikirim? "Ya sekitar 10-an kurang lebihnya," jawab Lisma.(nwk/nrl)

 Fokker TNI AU Jatuh, 10 Mobil Damkar Dikerahkan ke Halim

Jakarta Asap hitam mengepul di kawasan Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, menyusul jatuhnya pesawat Fokker milik TNI AU. 10 Mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi.

"Kita sudah kirim 10 mobil pemadam ke Halim," kata petugas pemadam kebakaran, Sugiarto, kepada detikcom, Kamis (21/6/2012). Pesawat Fokker jatuh sekitar pukul 14.45 WIB.

Ia mengaku belum mengetahui kondisi selanjutnya. "Petugasnya belum pulang," ujarnya.(aan/vit)

 Sudah Ada Korban Pesawat Fokker yang Ditangani RSAU Halim

Fokker 27 TNI AU terbang oleng. (foto: Pasya)
Jakarta Sudah ada korban pesawat Fokker-27 yang ditangani di RSAU Dr Esnawan Antariksa Halim Perdanakusumah. Namun belum diketahui kondisi korban.

"Sudah, sudah ada yang ditangani. Tapi mohon maaf karena saya bukan humas, tidak bisa menjelaskan kondisinya. Sekarang sedang fokus menangani korban," jelas petugas UGD RSAU dr Esnawan Antariksa yang tidak mau menyebutkan namanya ketika dikonfirmasi detikcom, Kamis (21/6/2012).

Petugas UGD tersebut enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai jumlah dan kondisi korban yang sedang ditangani.

Pesawat Fokker-27 milik TNI AU jatuh pukul 14.45 WIB saat sedang latihan rutin. Pesawat jatuh menimpa 6-8 rumah di Kompleks Rajawali, Jl Branjangan, tak jauh Lanud Halim, saat hendak mendarat. Pesawat itu dipiloti oleh Mayor Hery dan Kopilot Lettu Paulus.(nwk/nrl)

 Ini Dia Penampakan Fokker Jelang Jatuh Hingga Timpa Rumah Warga 

(Foto: Pasya/pembaca detikcom)
Jakarta Pesawat Fokker 27 milik TNI AU jatuh di sekitar landasan Bandara Halim Perdana Kusumah Jakarta Timur sekitar pukul 14.45 WIB, Kamis (21/6/2012). Ini dia penampakan pesawat bercat loreng itu beberapa detik sebelum jatuh hingga jatuh menimpa sekitar 8 rumah warga di samping Bandara Halim.

Adalah Pasya, seorang warga yang saat itu berada di gedung Blue Bird Halim, menyaksikan pesawat Fokker TNI AU terbang rendah saat akan mendarat di Halim. "Kebetulan saya membawa kamera, jadi saya potret," kata dia kepada detikcom.

Dia mengirimkan foto-foto itu kepada detikcom. Dari fotonya tersebut, pesawat yang dipiloti Mayor Pnb Hery itu tampak terbang rendah di atas bandara Halim.

Beberapa detik kemudian, terlihat api berkobar dari beberapa rumah di perumahan Rajawali Jalan Branjangan. Rumah-rumah ini berada persis di samping bandara. Asap hitam mengepul hebat dari perumahan itu. Ternyata pesawat itu jatuh menimpa beberapa rumah warga.

Dipastikan ada korban dalam kecelakaan ini. Beberapa korban sudah dilarikan ke RSAU Esnawan untuk ditangani, meski belum diketahui apakah ada korban meninggal atau tidak. Namun, hingga kini belum ada informasi pasti dari TNI AU maupun pejabat berwenang mengenai korban.(asy/gah)

 Fokker-27 Jatuh Saat Latihan Rutin

Jakarta Pesawat Fokker-27 milik TNI AU jatuh saat sedang melakukan latihan rutin. Pesawat ini dipiloti Mayor Hery dan Kopilot Lettu Paulus.

"Sedang latihan rutin. Beberapa menit lalu baru jatuh," kata Kapuspen TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul saat dihubungi detikcom, Kamis (21/6/2012).

Sebelumnya Fokker ini jatuh di sekitar Kompleks Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Fokker ini jatuh menimpa sebuah rumah warga di sekitar bandara, tepatnya di Kompleks Rajawali, Jl Branjangan, Jakarta Timur.

Ada sekitar 6-8 rumah yang terbakar akibat ketimpa Fokker tersebut. 10 Unit pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api yang membakar rumah warga tersebut. Hingga kini masih belum diketahui korban jiwa akibat jatuhnya Fokker pada pukul 14.45 WIB ini.(gus/nrl)

 Ledakan Keras Terdengar Saat Fokker-27 Jatuh di Halim

(Foto Tribunnews)
Jakarta Ledakan keras terdengar saat pesawat Fokker-27 terjatuh di kawasan Lanud Halim Perdanakusumah, Jaktim. Asap hitam membumbung sesaat setelah pesawat itu jatuh.

"Ada ledakan cukup keras kemudian terlihat asap hitam," kata Pasya, seorang pekerja di kawasan Halim, Jakarta Timur, kepada detikcom, Kamis (21/6/2012). Pasya saat itu sedang mengambil foto burung-burung di angkasa dari kantornya di Gedung Bluebird Halim.

Di saat memfoto-foto itulah Pasya melihat ada pesawat Fokker terlihat oleng dan terbang cukup rendah. "Sesaat kemudian pesawat itu menghilang, lalu terdengar ledakan dan juga asap hitam," kata Pasya yang juga sempat mengabadikan pesawat yang oleng itu.

Tak berapa lama kemudian terlihat armada pemadam kebakaran menuju Halim. Menurutnya saat ini kepulan asap sudah tak setebal saat awal kecelakaan terjadi.

"Asapnya masih ada, tapi tak setebal tadi," katanya.(nal/nrl)

 TNI : Pilot, Kopilot & 1 Kru Fokker Meninggal Dunia

Jakarta TNI mengkonfirmasikan bahwa 3 awak yang ada di dalam pesawat Fokker F-27 meninggal dunia. Yang meninggal di dalam pesawat adalah pilot, kopilot dan seorang kru.

"Pilot, kopilot dan kru di RS, ini meninggal dunia," jelas Kapuspen Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul ketika dikonfirmasi detikcom, Kamis (21/6/2012).

Iskandar mengatakan nama pilot adalah Mayor Pnb Hery dan kopilot Lettu Paulus. Sedangkan kru yang meninggal adalah Lettu Fahroni.

"Pesawat Fokker-27 nomor ekornya A 2708," jelas Iskandar.(nwk/nrl)

 Ini Nama 7 Orang di Fokker yang Jatuh

Jakarta Pesawat Fokker F-27 milik TNI AU jatuh di Kompleks Rajawali di Jalan Branjangan, yang berdekatan dengan Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta. Pesawat tersebut berisi tujuh orang.

"Ada 7 orang di dalam pesawat itu," ujar Kadispen AU, Marsma Azman Yunus, saat dihubungi detikcom, Kamis (21/6/2012).

Berikut ini nama 7 orang yang berada dalam pesawat nahas tersebut:

1. Mayor Penerbang Ari Setyawan (pilot) - versi lain Hery
2. Letu Penerbang Paulus (kopilot)
3. Letda Penerbang Syahroni (kru) - versi lain menyebut Fahroni.
4. Kapten Teknik Agus
5. Serma Simulato
6. Serka Wahyudi
7. Sertu Purwo

"Informasi sementara itu. Korban tewas masih didata," kata Azman.

Dia menjelaskan pesawat itu take off pukul 13.10 WIB. Beberapa saat kemudian saat akan mendarat, pesawat jatuh pukul 14.45 WIB.

Sebelumnya, Kapuspen TNI AU Laksamana Muda Iskandar Sitompul menyebut 3 awak pesawat tewas yaitu pilot, kopilot dan 1 kru.(vit/nrl)

 TNI: Korban Tertimpa Fokker Sekitar 3 Orang, Bisa Bertambah

F27 TNI AU (foto Kaskus)
Jakarta Mabes TNI mengkonfirmasi sementara korban yang tertimpa Fokker-27 di Komplek Rajawali, Halim Perdanakusumah, sekitar 3 orang, di antaranya anak-anak. Korban ini bisa bertambah.

"Dari 8 rumah yang tertimpa (pesawat) ada korban 3 atau berapa, lagi didata. Korban yang ketimpa pesawat harus diidentifikasi secara tertib," jelas Kapuspen Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul ketika dikonfirmasi detikcom, Kamis (21/6/2012).

Belum diketahui kondisi korban yang tertimpa pesawat yang sedang ditangani di RSAU dr Esnawan Antariksa itu.

Iskandar membenarkan ada korban anak-anak dalam kecelakaan yang terjadi pukul 14.45 WIB itu. "Betul ada anak-anak 1, orang dewasa 2. Sementara akan didalami dulu, bisa bertambah," kata Iskandar.

Sebelumnya dia menjelaskan, 3 kru di pesawat tersebut meninggal dunia. Mereka adalah pilot Mayor Pnb Hery, kopilot Lettu Paulus. Sedangkan kru yang meninggal adalah Lettu Fahroni.(nwk/nrl)

 Ini Dia Bangkai Pesawat Fokker yang Jatuh di Halim

(Foto: Rio/detikcom)
Jakarta Pesawat Fokker 27 TNI AU yang jatuh menimpa beberapa rumah warga di samping landasan Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta Timur terbelah beberapa bagian. Sebagian gosong, sebagian masih utuh.

Pemantauan detikcom, Kamis (21/6/2012), pesawat itu terbelah dan teronggok di rumah warga yang hancur tertimpa pesawat tersebut. Sebagian badan pesawat gosong karena terbakar beserta rumah-rumah yang tertimpa. Sebagian bagian pesawat lainnya masih bisa dilihat jelas.

Di antara yang masih terlihat jelas adalah bagian sayap dan potongan badan pesawat. Roda pesawat yang sudah terlepas dari badan pesawat juga terlihat jelas.

Hingga pukul 16.45 WIB, bangkai pesawat tersebut masih belum dievakuasi. Beberapa petugas dari TNI AU masih tampak berada di lokasi untuk membicarakan bagaimana mengangkut bangkai pesawat itu.(asy/nrl)

 TNI AU: 6 Orang di Fokker Tewas, Kopilot Kritis

Jakarta Enam orang yang berada di perut Fokker-27 meninggal dunia. Satu orang lainnya, yakni kopilot Lettu Paulus dalam keadaan kritis.

"Lettu Paulus kritis. Itu kopilot," kata Kadispen AU Marsma Azman Yunus dalam jumpa pers di Halim, Kamis (21/6/2012). Berita ini juga meluruskan pernyataan Kapuspen TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul bahwa kopilot turut tewas dalam musibah itu.

Berikut nama korban tewas akibat kecelakaan ini:

1. Kapten Hery (pilot)
2. Letda Syahroni
3. Kapten teknis Agus
4. Serma Simulato
5. Serka Wahyudi
6. Sertu Purwo

Azman mendapat kabar 8 rumah hancur tertimpa pesawat tersebut. Dia juga mendengar ada korban sipil tetapi belum jelas keadaannya.

"Saya baru dapat kabar ada ibu-ibu yang kena. Tapi saya belum bisa memastikan keadaannya," tuturnya.(gah/nrl)

 Black Box Fokker-27 Sudah Diamankan TNI AU

Jakarta Black box Fokker-27 yang menyimpan data selama penerbangan sudah ditemukan anggota TNI AU. Kini alat yang sangat vital untuk menemukan penyebab kecelakaan itu sudah diamankan pihak berwenang.

"Saya kira black boxnya sudah diamankan," tutur Kasubdispenum TNI AU Kol Agung Sasongko Jati dalam jumpa pers di Gedung Air Tower Center of Indonesia, Jl Cendrawasih, Kompleks Rajawali, Halim, Jakarta Timur, Kamis (21/6/2012) malam.

Sementara itu bangkai pesawat buatan Belanda ini akan dievakuasi dulu. Saat ini petugas dari TNI AU sedang melakukan pendataan tentang kecelakaan.

"Saya kira black boxnya sudah diamankan dan bangkai pesawat akan dievakuasi besok setelah pendataan tentang kecelakaan ini selesai," terangnya.(gah/nrl)

 10 Orang Luka Ringan dan 2 Kritis Akibat Kecelakaan Fokker 

Jakarta Komandan Lanud Halim Perdanakusumah Marsekal Pertama TNI Asep Adang Supriyadi, mengatakan, ada 12 korban luka dalam kecelakaan pesawat Fokker-27. Dua di antaranya kritis.

"Total ada 12 korban luka dirawat di di RSUP AU Esnawan Antariksa, Halim, Jakarta Timur," kata Asep di Lanud Halim, Jakarta, Kamis (21/6/2012) malam.

Dari 12 korban luka itu, 10 mengalami luka ringan. "Keterangan identitasnya belum bisa disampaikan," ujarnya.

Pesawat Fokker-27 milik TNI AU yang jatuh di Komplek Rajawali, Jalan Branjangan, Halim, Jakarta Timur, pukul 14.45 WIB.

Pesawat itu bernomor register A 2708 buatan tahun 1977. Pesawat nahas itu dipiloti Mayor Pnb Hery dan kopilot Lettu Paulus. Pesawat jatuh saat latihan rutin.(rvk/nrl)

 Korban Tewas Pesawat Fokker 27 Jadi 10 Orang

Desmunyoto P. Gunadi / Jurnal Nasional
Jurnas.com | SEBELUMNYA dikabarkan, korban tewas akibat jatuhnya pesawat Fokker 27 dengan No RE A2708 sebanyak enam orang. Keseluruhan korban merupakan awak pesawat.

Dalam keterangan baru TNI AU, jumlah korban tewas bertambah menjadi 10 orang. Lettu (Pnb) Paulus, kopilot pesawat Fokker 27 yang sebelumnya dikabarkan kritis, akhirnya meninggal dunia di rumah sakit. "Dari 10 korban, tujuh orang merupakan awak pesawat. Sementara, tiga orang lainnya berasal dari sipil," ujar Kasubdis Penum AU Kolonel Agung Sasongkojati dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (21/6).

Tiga korban sipil tersebut adalah Bryan (6), Naflin (2), serta seorang pembantu rumah tangga. Bryan dan Naflin merupakan anak dan keponakan Mayor Johanes yang rumahnya hancur tertimpa pesawat. Selain anak dan keponakan, istri Johanes, Martina, juga ikut menjadi korban dan saat ini kondisinya dalam keadaan kritis.

Sementara tujuh orang awak pesawat adalah Mayor (Pnb) Heri Setiawan (instruktur), Lettu (Pnb) Paulus Adi, Letda (Pnb) Syahroni, Kapten (tek) Agus, Serma Simulato, Serka Wahyudi dan Sertu Purwo. Agung juga mengatakan, hanya ada satu rumah yang hancur, yaitu rumah Mayor Johanes.

"Delapan rumah lainnya hanya terbakar," katanya. Rumah yang terbakar diantaranya merupakan kediaman Letkol Sutarno, Mayor Muhlisin, Mayor Ali, Mayor Grahadi, dan Mayor Azwar. Sementara itu, penyebab terjadinya kecelakaan juga belum diketahui.

"Tidak ada yang mencurigakan, semua berjalan normal. Tiba-tiba saja peswat dikabarkan jatuh," ujarnya. Menurutnya, ini baru pertama kali terjadi seperti ini. Biasanya, kecelakaan pesawat latih terjadi saat pesawat dalam perjalanan terbang, bukan jatuh di tempat. Ia mengatakan, pesawat jatuh saat melakukan latihan touch and go.

"Mereka sedang latihan lepas landas sebentar kemudian take off. Diperkirakan pesawat jatuh di tengah-tengah proses tersebut," katanya menjelaskan. Ia menambahkan kontak terakhir pesawat dengan menara pengawas hanya permohonan izin landing dan take off.

Hingga saat ini, proses evakuasi bangkai pesawat masih dilakukan dan diperkirakan baru akan selesai esok hari. Kondisi pesawat sendiri hancur terbelah dua. "Saat ini kami masih mengumpulkan data dan bukti di lokasi kejadian sebagai bahan penyelidikan," katanya.

Kondisi pesawat masih bagus dan secara teratur dilakukan pengecekan. Pesawat Fokker 27 ini buatan Belanda tahun 1977 tersebut sudah mengoleksi 14.936 jam terbang. "Pesawat masih layak terbang, meskipun ada rencana untuk menggantikannya dengan peswat CN 25," ujarnya.

Rencananya, jenazah korban akan disemayamkan di hanggar Skaadron II, Halim Perdanakusumah. Tapi, masih harus menunggu proses autopsi di rumah sakit.
 ... Rest In Peace ...
detik