Showing posts with label Alutsista. Show all posts
Showing posts with label Alutsista. Show all posts

Monday, September 17, 2012

Patut Bangga, Roket dan Panser Indonesia Disukai Dunia

http://assets.kompas.com/data/photo/2010/01/15/1803441p.JPGIndonesia juga sudah mengembangkan industri pertahanan nasional. Panser Anoa buatan PT Pindad ini salah satu contohnya.(Foto: KOMPAS/DWI BAYU RADIUS)

Teknologi militer untuk pertahanan dan keamanan tidak lagi didominasi Amerika dan Eropa. Kini Indonesia pun sudah memproduksi sendiri persenjataan militer.

Penghujung Maret lalu, sebanyak 50 roket R-Han 122 diluncurkan di Pusat Latihan Tempur TNI Angkatan Darat Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan. Wakil Menteri Pertahanan dan Keamanan Sjafrie Sjamsoeddin, Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Riset Kementerian Ristek Iptek Teguh Rahardjo, Wakil Gubernur Sumatra Selatan Eddy Yusuf, Pangdam II/Sriwijaya Mayor Jenderal Nugroho Widyotomo, dan Komandan Kodiklat TNI-AD Letnan Jenderal Gatot Numantyo ikut hadir dalam peristiwa bersejarah itu karena untuk pertama kalinya diluncurkan roket militer buatan Indonesia.

Peluncuran roket berlangsung mulus. Roket R-Han 122 ini merupakan pengembangan roket sebelumnya D-230 tipe RX 1210 yang dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi, yang memiliki kecepatan maksimum 1,8 mach.

Perjalanan lahirnya roket militer R-Han 122 cukup panjang. Berawal pada 2007 saat Kementerian Riset dan Teknologi membentuk Tim D230 untuk mengembangkan roket berdiameter 122 mm dengan jarak jangkau 20 kilometer. Prototipe roket D-230 ini dibeli Kementerian Pertahanan dan Keamanan untuk memperkuat program seribu roket. Pemerintah membentuk Konsorsium Roket Nasional dengan ketua konsorsium PT Dirgantara Indonesia (DI), sebagai wadah memasuki bisnis massal. Ketua Program Roket Nasional Sonny R Ibrahim menjelaskan rencana pembuatan roket secara massal sudah ada sejak 2005. Namun, baru dikembangkan roket D-230 pada 2007 hingga terbentuk konsorsium tersebut.

Konsorsium itu beranggotakan sejumlah industri strategis yang mengerjakan bermacam komponen roket. Sony menyebutkan, di dalam konsorsium terdapat PT Pindad yang mengembangkan launcher dan firing system dengan menggunakan platform GAZ, Nissan, dan Perkasa yang sudah dimodifikasi dengan laras 16/warhead dan mobil launcher (hulu ledak). Kemudian juga PT Dahana menyediakan propellant, PT Krakatau Steel mengembangkan material tabung dan struktur roket. PT Dirgantara Indonesia membuat desain dan menguji jarak terbang.

Pendukung lain dalam konsorsium adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut menyediakan alat penentu posisi jatuh roket. ITB menyediakan sistem kamera nirkabel untuk menangkap dan mengirim gambar saat roket tiba di sasaran. Sejumlah perguruan tinggi lainnya, yakni UGM, ITS, Universitas Ahmad Dahlan, dan Universitas Suryadharma, ikut terlibat di dalam pengembangan roket tersebut. Nama D-230 kemudian diganti menjadi R-Han 122 karena sudah dibeli Kementerian Pertahanan.





Sistem isolasi termal untuk membuat roket militer tidaklah mudah. Para periset beberapa kali melakukan uji coba hingga menemukan kesempurnaan pada roket R-Han 122 itu.

Sonny menjelaskan, pada 2003 para periset menggunakan material kritis dengan ketebalan baja 1,2 mm, tetapi produk justru cepat jebol.

Kemudian para peneliti mulai memperbaiki sistem isolasi termal. Saat roket meluncur sempurna dibutuhkan suhu 3.000 derajat Celcius. Pembakaran dengan menghasilkan suhu tinggi bisa berakibat fatal apabila sistem isolasi termal tidak bekerja dengan baik. Karena itu, di ruang isolasi termal diberi karet atau polimer yang bisa menghambat panas. Untuk material roket, dipilih bahan yang ringan, yakni aluminium, karena bisa menghambat panas. Perubahan-perubahan itu ternyata menghasilkan roket yang tidak pernah rusak saat diujicobakan.

"Karena termalnya bekerja cukup baik, roket itu bisa terbang tepat sasaran dan tidak pernah rusak selama uji roket," imbuh Sonny yang mengatakan bahwa R-Han 122 berfungsi sebagai senjata berdaya ledak optimal dengan sasaran darat dan jarak tembak sampai 15 km.

Tidak hanya roket yang sudah dibuat di dalam negeri. Sebelumnya, PT Pindad telah memproduksi panser yang merupakan hasil pengembangan riset dari BPPT sejak 2003. PT Pindad meneruskan hasil riset BPPT khususnya untuk panser Angkut Personel Sedang (APS). PT Pindad dan BPPT akhirnya mengembangkan riset APS-1 sampai ke APS-3 yang punya kemampuan bermanuver di darat, perairan dangkal dan danau. Pengembangan riset tersebut akhirnya menghasilkan varian 4X4 dan disempurnakan untuk diaplikasikan kemampuan amfibinya pada varian 6x6.

Ujicoba panser APS-3 ini dilakukan awal 2007 dan pada 10 Agustus 2008 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Kementerian Pertahanan memberi nama APS3-ANOA. Sejak itu Pindad memproduksi 10 panser pertama APS-3 ANOA. Dalam perkembangannya, Pindad terus mengeluarkan seri-seri terbaru APS-3 ANOA ini. Selain varian kombatan, ANOA juga memiliki varian lain seperti untuk angkut medis, logistik, armored recovery vehicle (penderek ranpur yang sedang mogok) dan varian mortir.

Saat ini Kementerian Pertahanan telah memesan 100 panser ANOA yang ternyata disukai negara-negara tetangga. Salah satunya Malaysia yang sudah berminat membeli sejumlah panser ANOA dari PT Pindad. Dan tak kalah penting, panser buatan Indonesia ini juga dipakai untuk kelengkapan persenjataan Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon.

Tuesday, September 4, 2012

Berkualitas Internasional, Arab Saudi Akan Beli Senjata Indonesia

 "Mereka tertarik senjata kita karena kualitasnya internasional."

Kualitas persenjataan buatan dalam negeri mulai menarik bagi negara-negara lain. Irak sudah hampir pasti memborong senjata dan peralatan militer buatan Indonesia.

Juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin, menyatakan, tak hanya Irak, beberapa negara lainnya seperti Iran, Uganda, Kongo dan Arab Saudi juga tertarik untuk membeli senjata buatan Indonesia.

"Mereka tertarik dengan senjata kita karena kualitasnya sudah internasional," ujar Hartind kepada VIVAnews, Senin 3 September 2012.

Sama dengan Irak, Arab Saudi awalnya akan membeli senjata Senapan Serbu 2 atau SS2 yang diproduksi oleh PT Pindad. Utusan dari negara calon pembeli sudah mengunjungi langsung PT Pindad.

"Irak bisa jadi tahun ini realisasinya. Kalau Arab Saudi mudah-mudahan tahun depan. Saat ini sudah ada pembicaraan-pembicaraan," katanya.

Kualitas senjata buatan Indonesia, lanjut Hartind, juga dibuktikan dengan prestasi Tentara Nasional Indonesia dalam beberapa lomba menembak internasional.

Seperti diantaranya dalam Lomba Tembak Internasional Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2012. Di ajang ini, TNI Angkatan Darat meraih juara umum dengan mengalahkan negara-negara besar seperti, tuan rumah Australia, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Selandia Baru.







Ajang AASAM 2012 juga diikuti oleh negara-negara ASEAN seperti, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, dan Timor Leste. Jepang menjadi peserta baru pada AASAM kali ini. Lebih dari 300 petembak ikut serta mewakili militer masing-masing negara.

"Kita sudah mengalahkan anggota-anggota NATO dalam lomba-lomba tembak. Karena kualitas senjata kita juga yang menentukan," katanya.

Oleh karena itu, dia menyambut baik ketertarikan negara-negara tetangga untuk membeli senjata produksi dalam negeri.


Monday, September 3, 2012

Irak Akan Beli Senjata Indonesia

 Irak Akan Borong Senjata Pindad, PAL dan PT DI

Industri pertahanan Irak-RI mulai dibahas insentif pada 2008.

Senjata produksi Indonesia sesungguhnya sudah diakui dunia. Banyak negara yang membeli termasuk Irak, negeri 1001 malam yang masih bergolak sepeninggal Sadam Hussein. Proses penjajakan jual beli senjata dengan negeri itu sudah dimulai semenjak masa pendudukan Amerika berakhir pada 2003 lalu.  Sesudah melewati proses yang panjang,  Irak akhirnya memutuskan siap memborong senjata produksi Indonesia.

Kisah penjajakan jual beli senjata dengan Irak itu dituturkan Direktur Utama PT Pindad, Adik Afianto kepada VIVAnews.com. Komunikasi dengan pemerintah Irak, katanya, sudah berlangsung lama. "Komunikasi saat itu baru sebatas penjajakan tentang kerjasama berbagai hal," katanya. Adik menjadi Ketua Tim Koordinator Kerjasama Industri Pertahanan ini dengan Irak.





Puncak dari negosiasi itu adalah ketika Perdana Menteri Irak berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. Dia datang untuk memastikan penjajakan kerjasama itu. Sesudah itu negosiasi kemudian dilakukan di level teknis.

Adik dan timnya baru pulang dari Irak empat hari sebelum Lebaran kemarin.

"Alhamdulilah Irak serius dan tidak hanya dengan Pindad, melainkan dengan seluruh industri militer di Indonesia," kata Adik.

Irak memang berencana membeli alutsista dalam jumlah besar dari sejumlah industri strategis di Indonesia. Tidak hanya Pindad, tapi  PT PAL Indonesia (Persero), PT Dirgantara Indonesia, serta beberapa sentra industri kemiliteran lain.

Berapa jumlah senjata yang akan diborong? Adik  belum bisa mempublikasikannya. Tapi jenis senjata yang akan dibeli sudah ada dalam daftar. Adik sendiri yakin Irak akan berpaling ke Indonesia dalam hal kerjasama industri militer.(umi)

 Alasan Irak Taksir Senjata Buatan Indonesia

Produk-produk Pindad secara khusus dilirik oleh Irak dan Iran.

Industri pertahanan Indonesia mulai menggeliat dan menjadi perhatian sejumlah negara di dunia. Tak hanya negara di Asia Tenggara, kini senjata serta beberapa produk dari PT Pindad mulai masuk ke sejumlah negara di Afrika Asia Timur.

Hal itu diungkapkan secara khusus oleh Direktur Utama PT Pindad Adik Afianto dalam perbincangan dengan VIVAnews pekan lalu. Adik mengatakan, saat ini PT Pindad gencar melakukan program promosi ke sejumlah negara di benua Afrika.

Program promosi ini dilakukan sejalan dengan kegiatan pemerintah Indonesia yang mempromosikan produk dalam negerinya ke negara-negara itu.

"Kegiatan promosi kami lakukan dengan pemerintah. Karena pemerintah juga sekalian melakukan promosi ke beberapa negara terkait industri pertahanan yang ada di Indonesia," kata Adik.

Adik menyatakan, produk-produk Pindad secara khusus dilirik oleh Irak dan Iran. Apa alasannya, itu dikarenakan produk PT Pindad sangat sederhana serta berbobot lebih ringan dibanding produk lain sejenis.

"Dibandingkan dengan produk-produk Eropa, karakteristiknya berat di badan dan tidak ringan. Irak melihatnya bahwa senjata dari Indonesia ringan dan santai dibawanya," ungkap Adik. Penjajakan dengan negara Irak sebenarnya sudah dilakukan sejak pendudukan Amerika berakhir tahun 2003 lalu.

Tapi rupanya, tidak hanya Irak dan Iran yang sudah menaksir produksi buatan Indonesia. Uganda dan Timor Leste bahkan sudah masuk tahap penjajakan intensif.

"Kalau untuk Iran sejauh ini belum ada deal apapun, baru sebatas proses. Sedangkan yang sudah penjajakan intensif serta uji coba alat yakni Uganda dan Timor Leste. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini akan deal," kata Adik. (eh)

© VIVA.co.id

Friday, July 27, 2012

Panser Produksi Indonesia Perkuat Pasukan UNIFIL


http://assets.kompas.com/data/photo/2012/07/23/2044407620X310.JPGLEBANON, Kompas.com - Suatu kehormatan bagi Satgas Indo FPC TNI Konga XXVI-D2/UNIFIL untuk menggunakan kendaraan tempur (ranpur) Anoa yang merupakan sebuah kendaraan tempur militer lapis baja, dan merupakan salah satu hasil karya terbaik anak bangsa yang diproduksi secara langsung oleh PT Pindad-Indonesia.

Salah satu kelebihan yang ada pada Anoa adalah sistem perlindungan yang diberikan oleh lapisan baja dan rangka, yaitu memiliki tingkat STANAG 3 level 3. Ini berarti, ranpur tersebut bisa menahan peluru kinetis hingga 7,62x51 mm Armor Piercing standar NATO dari jarak 30 meter dengan kecepatan 930 m/s, serta bisa menahan ledakan ranjau hingga massa 8 Kg di bagian roda gardan dan di tengah-tengah badan.

Selain itu, Anoa dibekali sistem navigasi terbaru dan alat komunikasi anti jamming. Kendaraan tempur tersebut bisa digunakan untuk bermacam fungsi, mulai dari sebagai pembawa pasukan, kendaraan komando, hingga rumah sakit berjalan, di medan tempur.

http://assets.kompas.com/data/photo/2012/07/23/2045154620X310.JPGPersenjataan yang terpasang adalah senapan mesin 7,62 mm dan 12,7 mm untuk varian infanteri dan Automatic Grenade Launcher (AGL) 40 mm untuk varian kavaleri. Untuk pertahanan diri, Anoa dilengkapi dengan pelontar tabir asap 2x3 66 mm.

Saat melakukan test drive Anoa beberapa waktu lalu, ranpur ini mampu dipacu hingga 100 km/jam. Anoa juga mampu melompati parit selebar 1 meter dan melahap tanjakan dengan kemiringan 45 derajat. Seluruh bodi Anoa dilapisi baja tahan peluru. Apabila diberondong senapan AK-47 atau M-16 sih dijamin tidak bakal tembus.

Pengiriman 7 unit Ranpur Anoa ke Satgas Indo FPC TNI Konga XXVI-D2/UNIFIL ini merupakan program pemerintah Indonesia, dalam hal ini Mabes TNI, dalam rangka menggantikan APC VAB - NG buatan Perancis yang sudah sejak 2006 telah menjadi bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan misi PBB di UNIFIL.

http://assets.kompas.com/data/photo/2012/07/23/2046099620X310.JPG
Kedatangan 7 unit Anoa pada Sabtu (21/7/2012) di Markas UNIFIL-Naqoura, yang juga merupakan tempat Satgas Indo FPC berada, disambut langsung oleh Dansatgas Indo FPC TNI Konga XXVI-D2/UNIFIL Mayor Inf Wimoko dan didampingi oleh Kapten Kav I Nyoman Artawan selaku Perwira Kavaleri merangkap Pasilog Satgas.

Penggunaan Ranpur Anoa oleh Satgas Indo FPC adalah untuk menunjang tugas pokok Satgas, antara lain dalam pelaksanaan patroli keamanan wilayah Markas UNIFIL (Green Hill) dan sekitarnya, pengawalan UNIFIL HoM dan Force Commander dalam rangka Tripartite Meeting antara LAF (Lebanes Armed Force), IDF (Israel Defence Force) dan UNIFIL, serta latihan – latihan gabungan dengan Pasukan dari Negara Asing yang tergabung dalam UNIFIL. (*)

Sumber : Kompas

Saturday, June 23, 2012

Informasi tentang Alutsista TNI

F-27 TNI AU A2708 (Foto: Pasya/pembaca detikcom)
SATU per satu prajurit TNI yang terlatih dan profesional gugur. Sayangnya mereka bukan gugur di medan tempur membela kedaulatan negara, melainkan tewas secara tragis justru karena peralatan tempur yang mereka gunakan mengalami kecelakaan.

Tidak dapat disangkal, TNI masih memiliki alat tempur berumur tua, di atas 30 tahun. Lebih-lebih alat utama sistem persenjataan (alutsista) matra TNI Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Bahkan masih ada alutsista kedua angkatan itu yang merupakan warisan era Presiden Soekarno.

Jatuhnya pesawat latih TNI-AU jenis Fokker 27 pada Kamis (21/6) menggugah kembali persoalan alutsista TNI. Pesawat itu masuk jajaran TNI-AU pada 1977, yang berarti sudah berusia 35 tahun.





Tentu publik masih ingat tragedi tank amfibi Marinir di Situbondo pada 2008 yang menewaskan enam personel kesatuan tersebut. Tank itu berumur 46 tahun. Itu membuktikan alutsista yang renta, kedaluwarsa, sangat berisiko.

Sejak tragedi tank Marinir itu, Presiden Yudhoyono memerintahkan grounded semua alutsista yang sudah tua. Namun, rupanya perintah itu lenyap ditelan angin. Buktinya alusista gaek masih terus dipakai.

Untuk mengawal negara seluas Indonesia, jelas dibutuhkan alutsista udara dan laut yang cepat dan tangguh. Presiden Yudhoyono pada Pidato Kenegaraan 2011 mewanti-wanti mengenai kesiapan alutsista TNI. Hanya alutsista TNI Angkatan Darat yang memiliki kesiapan 81,13%. Angkatan Laut hanya 43,25% dan Angkatan Udara hanya 42%. Bagaimana pasukan perang bisa bergegas ke palagan jika alutsista tidak memadai?

Itu pangkalnya Presiden mengeluarkan Keppres 35/2011 tentang Percepatan Pemenuhan Kekuatan Pokok Minimal Alutsista TNI Tahun 2010-2014. Dalam kurun waktu itu dialokasikan dana Rp 156 triliun untuk alutsista TNI.

Dengan penambahan anggaran tersebut, kita mengharapkan segera ada pesawat tempur supercanggih menggelegar menjaga angkasa Indonesia. Begitu juga segera tiba kapal-kapal cepat bersenjata rudal menjaga bahari Tanah Air.

Tentu saja anggaran negara akan kedodoran jika seluruh alutsista TNI harus diimpor. Karena itu, produk dalam negeri pun perlu diberdayakan. Kita punya industri strategis yang bisa dipacu untuk memodernisasi alutsista TNI. Ada pabrik senjata Pindad, ada PT PAL Surabaya yang memproduksi kapal, dan ada pula industri pesawat terbang di Bandung.

Memodernisasi alutsista TNI tentu bukan untuk gagah-gagahan, melainkan untuk menjaga kedaulatan Tanah Air dari setiap ancaman.

Kita yakin negara yang memiliki alutsista modern akan disegani. Sebaliknya negara yang memiliki alutsista yang tua renta menjadi olokan negara-negara tetangga. Lebih dari itu, kita tidak ingin alutsista yang tua menjadi pembunuh anak bangsa yang terlatih.

Pemerintah dan DPR mesti lebih cepat memodernisasi alutsista TNI. Jangan sampai terkesan pemerintah mudah menyetujui pembangunan gedung baru DPR, menghamburkan anggaran untuk proyek Hambalang yang sarat korupsi, tetapi pelit menyetujui anggaran modernisasi alutsista TNI.

Kita ingatkan agar alutsista yang tua bangka itu segera digudangkan atau dimuseumkan. Menteri Pertahanan, Panglima TNI, bahkan Presiden sebaiknya meletakkan jabatan bila alutsista rongsokan itu masih juga dipakai dan kembali menyebabkan prajurit TNI gugur sia-sia.


MetroTv

Friday, June 15, 2012

Pabrik Amonium Nitrat Terbesar di Indonesia Diresmikan

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (FOTO ANTARA)
Bontang (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan pabrik amonium nitrat milik PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur, berkapasitas produksi amonium nitrat "prilled" 300.000 metrik ton per tahun.

"Peresmian ini menandai mulai dioperasikannya pabrik amonium terbesar di Indonesia untuk mendukung industri pertambangan Indonesia. Pabrik KNI merupakan salah satu industri strategis di bawah pengawasan Kementerian Pertahanan akan mengurangi ketergantungan impor amonium nitrat (AN) dan menghemat devisa negara," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pada acara peresmian pabrik KNI di Bontang, Jumat.

Purnomo menuturkan, industri bahan baku bahan peledak ini merupakan industri yang strategis dan perlu didukung oleh berbagai pihak, terutama pemerintah pusat dan lokal karena akan memberikan manfaat besar bagi kepentingan bangsa.

"Pabrik yang dirancang dengan sangat baik dan dioperasikan oleh putra terbaik bangsa ini dapat menjadi contoh bagi industri-industri lain yang perlu dikembangkan dalam Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) di masa depan. Saya optimistis, kita akan mampu memenuhi kebutuhan AN nasional dengan kemampuan kita sendiri," paparnya.





Sedangkan Direktur Utama PT KNI Antung Pandoyo mengatakan KNI akan menjadi produsen amonium nitrat terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara yang berperan penting sebagai aset nasional untuk melayani industri pertambangan di Indonesia.

"KNI dibangun sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan nasional akan amonium nitrat yang selama ini bergantung pada produk impor. Saat ini kesiapan operasional telah mencapai 100 persen," katanya.

Untung menyebutkan kapasitas produksi amonium nitrat KNI mencapai 300.000 MT per tahun dan difokuskan untuk menunjang kebutuhan pasar dalam negeri Indonesia yang diprediksikan akan mencapai 600.000 MT per tahun pada 2012.

"Walaupun bersaing dengan beberapa perusahaan lain di industri bahan baku peledak pertambangan, kehadiran KNI di Indonesia tentunya menjadi kebanggaan dan bukti nyata dari kemampuan industri Indonesia untuk bersaing di pasar global," katanya.(IAZ)


ANTARA News

Perusahaan dalam negeri mestinya produksi ammonium nitrat

Bontang (ANTARA News) - Kementerian Pertahanan meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak swasta untuk memproduksi ammonium nitrat atau bahan peledak bagi sektor pertambangan serta minyak dan gas nasional.

"Sampai dengan saat ini, baru dua pabrik di dalam negeri yang memproduksi ammonium nitrat yaitu PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) di Cikampek, Jawa Barat, dan PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pada acara peresmian pabrik KNI di Bontang, Jumat.

Purnomo menuturkan, dari 550.000 metrik ton kebutuhan dalam negeri ammonium nitrat, sebanyak 78 persen didatangkan dari luar negeri.

"Untuk mengurangi impor ammonium nitrat, Kemenhan sedang mempelajari proposal pembangunan pabrik dari Batuta. Dengan semakin banyaknya produsen bahan baku peledak, impor bisa dikurangi hingga 30 persen," paparnya.

Agar investasi disektor industri pertahanan meningkat, Purnomo akan bertemu dengan sejumlah pemangku kepentingan di bidang produksi bahan peledak dari dalam negeri.

"Minat investasi di sektor ini tidak hanya tergantung dari pemerintah pusat, tetapi juga iklim investasi di daerah. Diharapkan pemerintah daerah mempermudah perizinan investasi di industri pertahanan," ujarnya.

Kemenhan akan mengumpulkan sembilan produsen bahan peledak dan lima importir untuk memberi masukan kepada pemerintah terkait Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 22 Tahun 2006 tentang pedoman pengaturan, pembinaan dan pengembangan badan usaha bahan peledak komersial.

"Kami akan mendengarkan masukan mereka sebelum memutuskan akan memberikan insentif yang menarik bagi investasi disektor industri pertahanan," tandasnya.(KR-IAZ)