Showing posts with label Ristek. Show all posts
Showing posts with label Ristek. Show all posts

Wednesday, September 12, 2012

Tanpa Riset, Belum Pantas disebut Perguruan Tinggi

http://assets.kompas.com/data/photo/2012/01/19/1438215p.jpgDepok — Penting bagi setiap perguruan tinggi untuk menggelar penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat, lalu memperkenalkan hasilnya kepada publik. Dengan melakukan hal ini, Pejabat Sementara Rektor Universitas Indonesia (UI) Djoko Santoso mengatakan, perguruan tinggi telah memenuhi hakikat utamanya sebagai institusi pendidikan tinggi.

"Kita belum jadi perguruan tinggi kalau belum melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. Tanpa itu, maka namanya sekolah. (Kegiatan seperti ini) bukan untuk unjuk rasa, sok besar, tetapi maksudnya adalah berbagi. Karena hanya dengan berbagi kita bisa saling membesarkan," tuturnya ketika membuka Gelar Ilmu UI 2012 di Balairung UI, Depok, Rabu (12/9/2012), dengan didampingi oleh Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, Bachtiar Alam.

Dalam sambutannya, Djoko Santoso menyampaikan bahwa kegiatan lima tahunan ini merupakan media untuk berbagi pengalaman dan keilmuan, khususnya di bidang riset antarperguruan tinggi. Dia berharap kegiatan ini dapat mendorong UI dan perguruan tinggi lain untuk lebih semangat melakukan penelitian.





Sementara itu, Bachtiar Alam mengatakan, tahun ini Gelar Ilmu UI mengangkat tema "Menjadi Universitas Riset; Wujud Sumbangsih Keilmuan Universitas bagi Bangsa dan Dunia". Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi masukan bersama terkait pengembangan budaya dan hasil penelitian.

"Harapan kami apabila ada keunggulan riset dan pengabdian masyarakat seberapa pun kecilnya bisa menjadi masukan. Sebaliknya, semua kekurangan juga menjadi masukan bagi semua supaya tidak terulang di kemudian hari," ujarnya.

Gelar Ilmu UI 2012 diikuti oleh semua fakultas, pusat kajian, dan program Pasca Sarjana di UI. Ajang ini menampilkan hasil penelitian seluruh sivitas akademika UI di puluhan stan di dalam gedung Balairung UI dan juga menggelar sejumlah seminar pendukung.

Friday, August 10, 2012

Pemerintah dorong peningkatan peneliti muda

http://img.antaranews.com/new/2012/05/thumb/20120509Juara-Olimpiade-080512-2.jpgBandung (ANTARA News) - Salah satu kebijakan pemerintah untuk memastikan keberhasilan transformasi pembangunan ekonomi dari mengandalkan ekspor sumber daya alam mentah menjadi berbasis inovasi, adalah mendorong tumbuhnya minat terhadap penelitian pada generasi muda.

Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Jaringan Iptek Amin Soebandrio dalam seminar internasional ke-10 Triple Helix di Hotel Grand Panghegar, Bandung, Jumat menyatakan pemerintah menyadari pentingnya peran peneliti muda dalam perkembangan Indonesia pada masa depan.

Apalagi, lanjut dia, komposisi penduduk Indonesia saat ini sebagian besar adalah kaum muda yang berada pada usia produktif.






"Untuk menstimulasi minat terhadap penelitian pada generasi muda pemerintah telah melakukan beberapa pendekatan di antaranya adalah kompetisi yang digelar untuk siswa sekolah menengah atas dan mahasiswa," tuturnya.

Menurut Amin, kompetisi semacam itu telah terbukti menghasilkan banyak karya penelitian yang mengagumkan dari generasi muda.

Selain secara rutin menggelar kompetisi sains dan teknologi seperti kontes robot Indonesia yang digelar setiap tahun, Amin mengatakan, pemerintah juga melaksanakan berbagai lomba dalam bidang industri kreatif.

Kompetisi sains, menurut dia, sejak dua tahun lalu juga dilaksanakan untuk siswa sekolah dasar yang didampingi oleh bimbingan guru mereka.(D013)

(Antara)

Saturday, August 4, 2012

Siswa Semarang Mengubah Asap Rokok Menjadi Oksigen

Ulah Dua siswa SMA Negeri 3 Semarang ternyata tidak maen-maen. Mereka menoreh prestasi pada International Exhibition for Young Inventors (IEIY) 2012 di Bangkok, Thailand pada 28 Juni – 1 Juli lalu.  Mereka menciptakan sebuah alat yang mampu Mengubah Asap Rokok Menjadi Oksigen.

“Alat perubah Asap Rokok Menjadi Oksigen itu dinamai T-Box Application to Reduce the Danger Impact of CO dan CO2 in Smoking Room,” ungkap Hermawan Maulana, salah satu siswa pemenang IEIY 2012 dari SMAN 3 Semarang.

Hermawan mengatakan, ide tersebut datang lantaran kegelisahannya melihat para perokok yang semakin banyak. Untuk itulah, dia bersama timnya berulah membuat alat untuk memfilterkan karbondioksida (CO2) menjadi oksigen.

“Kendati sudah banyaknya disediakan smoking room diberbagai tempat-tempat umum, seperti swalayan dan lainnya, Herman melihat tempat tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik. Karena, dengan banyaknya jumlah perokok maka ruangan tersebut kemudian menjadi penuh asab rokok. Jadi, para perokok cenderung memilih merokok di luar dan akhirnya mengganggu orang lain,” jelasnya.






Menurut Hermawan, dengan alat tersebut asap rokok yang mengandung CO2 akan diuraikan menjadi oksigen. Dan oksigen itu akan dialirkan kembali pada ruang untuk merokok atau smoking room. Sehingga, para perokok betah dan bisa memanfaatkan secara maksimal ruangan tersebut.

Zihramma Afdi, rekan satu tim dengan Hermawan menjelaskan, alat yang semula disebut “Carbol Application” itu bekerja menghisap asap rokok masuk ke dalam mesin yang sudah dirangkai. “Kemudian, asap rokok tersebut diurai menjadi oksigen, filterisasinya juga meninggalkan karbon. Namun, berbentuk padat yang bisa dimanfaatkan kembali,” paparnya.

Awalnya, rasa minder itu datang ketika penemuan siswa SMAN 3 itu harus beradu dengan hasil penemuan siswa dari berbagai negara. Apalagi, stand yang mereka tempati berdampingan dengan siswa dari Jepang. Namun, alat ciptaan mereka ternyata mengalahkan penemuan- penemuan dari siswa berbagai negara di ajang tersebut.

Sementara, Hari Waluyo, Kepala SMAN 3 Semarang mengaku bangga atas prestasi siswanya. “Mereka berhasil mengalahkan pesaingnya dari China, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Taiwan dan Jepang. “Kedua siswa ini duduk di Kelas XI IPA, mereka bisa menjadi teladan adik-adik kelasnya,” tandasnya.

(Bangka)

Friday, August 3, 2012

Inilah Cara Mengolah Air Gambut Menjadi Air Sehat

http://assets.kompas.com/data/photo/2012/08/03/1103225p.jpg
Desain IPAG60 (Foto: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/NOVAN)
Oleh NAWA TUNGGAL

Masyarakat di lahan gambut berisiko mengalami gangguan kesehatan karena mengonsumsi air bersifat asam yang bisa membuat gigi keropos. Selain itu, air gambut mengandung zat organik ataupun anorganik yang bisa mengganggu metabolisme tubuh.

Untuk mengatasi masalah itu, periset pada Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ignatius DA Sutapa, merancang instalasi pengolah air gambut menjadi air baku yang sehat untuk dikonsumsi. ”Hasil penelitian kami sudah dimanfaatkan di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, dan Kabupaten Bengkalis, Riau,” kata Sutapa, Kamis (2/8), di Cibinong Science Center LIPI, Cibinong, Jawa Barat.

Saat ini, instalasi pengolah air gambut (IPAG) LIPI diproduksi dengan kapasitas 60 liter per menit. IPAG60 mampu mencukupi kebutuhan air bersih 100 rumah tangga.

Air gambut memiliki derajat keasaman (pH) 2,7- 4. Adapun pH netral adalah 7. Pengolahan air gambut melalui sejumlah tahapan, meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dekolorisasi, netralisasi, dan desinfektasi.






Air gambut yang berwarna hitam kecoklatan itu mengandung senyawa organik trihalometan yang bersifat karsinogenik (memicu kanker). Selain itu, air gambut mengandung logam besi dan mangan dengan kadar cukup tinggi. Konsumsi dalam jangka panjang bisa mengganggu kesehatan.

 Diendapkan dan disaring

Air gambut diolah dengan cara koagulasi (diendapkan). Koagulan utama yang digunakan adalah alum sulfat. Koagulan ini digunakan dengan variasi konsentrasi hingga 50 bagian per sejuta (ppm), bergantung pada kepekatan air gambut.

Koagulasi menghasilkan endapan yang ditampung dalam bak sedimentasi. Selanjutnya, air dialirkan untuk disaring dengan pasir silika dan antrasit.

Unit filtrasi merupakan saringan pasir cepat. Diameter pasir silika dan antrasit adalah 0,6-2 milimeter.

Komposisi media penyaring disusun berdasarkan tingkat efisiensi proses koagulasi. Media filter memungkinkan terbentuknya biofilm mikroorganisme. Ini yang menguraikan polutan organik air gambut yang dialirkan.

Untuk menghilangkan bau, warna, dan rasa digunakan penyaring karbon aktif. Dengan ukuran partikel karbon aktif relatif kecil, warna air gambut yang pekat dan mengandung asam humat dapat diserap.

Konsentrasi karbon aktif bergantung pada intensitas warna yang akan direduksi. Kemudian dilanjutkan dengan proses netralisasi tingkat keasaman air menggunakan soda ash. Untuk membunuh bakteri patogen di dalam air digunakan kalsium hipoklorit.

 Dipatenkan

Tahun 2012, LIPI menghasilkan tiga unit IPAG60 dan sedang mengerjakan pesanan sebanyak 15 unit. Metode pengolahan air gambut serta kelengkapan peralatannya sedang dipatenkan.

Sutapa mendaftarkan hak paten dengan nomor registrasi P00201000586 ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Klaim patennya mencakup pengolahan air gambut, termasuk ditemukannya kombinasi optimal antara proses netralisasi, pembubuhan karbon aktif, dan koagulasi.

Dari hasil penemuan instalasi pengolah air gambut memungkinkan dibuat sistem pengolah air gambut yang kontinu dengan produktivitas tinggi. Peralatannya bisa dirancang dalam bentuk kecil dan mudah dibawa.

”Pemerintah Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, dan PT Sinar Mas di Riau sudah memasang IPAG60,” kata Sutapa.

Sutapa merancang IPAG60 bersama peneliti LIPI lain yang tergabung ke dalam Program Kompetitif LIPI, Energi Bersih Terbarukan, dan Pasokan Air Bersih Berkelanjutan. IPAG60 merupakan instalasi pengolah air gambut menjadi air bersih terbesar di Indonesia saat ini.

Kualitas air produksinya memenuhi standar kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010. Untuk pengolahan dibutuhkan energi listrik relatif rendah. Energi itu bisa diupayakan dari panel surya.

Biaya produksi air bersih mencapai Rp 15.000-Rp 25.000 per meter kubik. Besar biaya bergantung pada kualitas air gambut yang diolah.

Saat ini diperkirakan luas hutan dan lahan gambut yang tersisa sekitar 21 juta hektar. Jutaan penduduk di lokasi itu masih memanfaatkan air gambut untuk keperluan sehari-hari, selain air tadah hujan.

Pemenuhan kebutuhan air bersih di Indonesia masih sangat kurang. Diperkirakan hanya 30 persen dari kebutuhan yang terpenuhi. Bahkan, di kawasan lahan gambut marginal diperkirakan hanya 10 persen penduduk yang memiliki akses air bersih.

Hasil riset pengolah air gambut memberikan sumbangan nyata. Pemanfaatannya sekaligus juga untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium 2015 melalui peningkatan akses terhadap air bersih.

(Kompas)

Inilah Baterai Berbahan Lumpur Lapindo - Hasil Mahasiswa Semarang

http://static.republika.co.id/uploads/images/square/semburan-lumpur-lapindo-_120416211724-278.jpgSekelompok mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) mengembangkan pembuatan baterai sel kering (dry cell battery) berbahan material lumpur panas Sidoarjo atau lumpur Lapindo.

"Selama ini, lumpur Sidoarjo hanya dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk membuat genting, batu bata, dan lukisan," kata mahasiswa Fakultas Matematika dan IPA (MIPA) Unnes Aji Christian Bani Adam di Semarang, Jumat (3/8).

Ia mengakui bahwa meluapnya lumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur pada 2006 memang menjadi tragedi memilukan, sebab banyak masyarakat kehilangan rumah dan harta benda karena tertimbun lumpur.

"Kami berpikir material lumpur sebanyak itu sia-sia kalau tidak dimanfaatkan. Setelah kami teliti, ternyata lumpur Sidoarjo memiliki kadar garam tinggi mencapai 40 persen dan kandungan berbagai logam," katanya.






Aji bersama ketiga kawannya, yakni Umarudin (FMIPA), Oki Prisnawan (Fakultas Ekonomi), dan Yoga Pratama (Fakultas Ilmu Keolahragaan) hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit untuk membuat satu buah baterai berkapasitas 1,5 volt dari lumpur Lapindo.

Saat ini mereka sudah memproduksi sebanyak 20 baterai yang akan dijual dengan harga Rp 3.000 per buah. Mereka juga menjual satu paket berisi empat baterai seharga Rp 10 ribu, dimana untuk setiap pembelian paket itu akan didonasikan satu kilogram beras bagi korban lumpur.

(Republika)

Thursday, July 19, 2012

Inilah mesin pendeteksi uang palsu Buatan Mahasiswa

http://img.antaranews.com/new/2011/05/thumb/20110503121203upal020511-1.jpgSurabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya atau PENS Andy Vebby Setiawan menciptakan mesin pendeteksi uang palsu kertas nominal Rp2.000 dan Rp5.000 berdasarkan benang pengaman dan hologram.

"Masing-masing pecahan uang kertas itu memiliki tanda hologram yang berbeda sehingga asli-palsunya dapat dideteksi melalui vending machine," ujarnya di sela-sela `Final Project Competition` (FPC) 2012 di kampus setempat, Rabu.

Mahasiswa tingkat akhir D4 Jurusan Teknik Informatika PENS itu menjelaskan cara kerja mesin itu sederhana, yakni uang kertas cukup dimasukkan ke dalam "vending machine" yang akan mendeteksi asli atau palsu, lalu penutup dibuka untuk diambil uangnya lagi.

"Ke depan, saya akan menyempurnakan dengan sistem mekanik vending machine, sebab pengambilan uangnya sekarang masih secara manual dengan membuka tutup mesin," katanya.





Selain itu, berbagai macam karya mahasiswa lainya juga menarik, seperti game `Shaun the Sheep` dan `Angry Bird` ala mahasiswa PENS, serta berbagai software dan aplikasi berbasis Android.

Tak ketinggalan pula aplikasi robotika dan karya inovatif lainnya, seperti Alat Perekam Suara Paru-paru yang cukup digunakan mirip stetoskop yang ditempelkan dada untuk memberikan informasi paru-paru normal dan tidak.

Ada pula, Alat Bantu Huruf Hijaiyah Braile yang terinspirasi dari perilaku penyandang tuna netra. Caranya, pengguna yang tuna netra cukup menekan huruf-huruf braile yang tersambung dengan sensor suara yang akan membunyikan ejaan dari huruf-huruf Hijaiyah.

"Ada 187 peserta dari berbagai jurusan dalam kompetisi tugas akhir tahun ini, tapi jumlah peserta FPC tahun ini menurun dibandingkan dengan tahun lalu, karena FPC bersamaan dengan demo tugas akhir dan jadwal revisi TA," kata seorang panitia FPC, Samsul Huda.

Tahun lalu, jumlah peserta memang jauh lebih banyak hingga panitia harus menyiapkan meja pamer di selasar lantai 2 dan lantai 3 Gedung D4, namun tahun ini hanya di gedung pertemuan lantai 1.

Menurut Direktur PENS, Dadet Pramadihanto, acara yang selalu ditunggu-tunggu oleh civitas akademika itu tidak hanya sebagai unjuk kebolehan mahasiswa, tetapi lebih pada proses transformasi riset antara kakak kelas kepada adik kelasnya.

"Teknologi akan selalu berkembang, jadi alangkah lebih baiknya jika sejak awal riset yang dilakukan oleh kakak kelasnya ini diketahui oleh adik kelasnya, sehingga ke depan diharapkan PENS dapat lebih berkontribusi kepada masyarakat melalui riset aplikatif yang berkesinambungan," katanya.

Pada akhir acara pada sore hari diumumkan empat karya terbaik dari masing-masing jurusan yang memperoleh penghargaan seperti uang penghargaan Rp800.000,- untuk juara pertama; juara kedua sebesar Rp600.000,-; juara ketiga senilai Rp400.000,-; dan juara keempat hanya Rp200.000.

"Kemenangan dan hadiah hanya merupakan sebuah bonus, sebab hal yang terpenting adalah semangat belajar dan kemauan untuk terus maju dan berkembang. Proses itu yang penting, sedangkan hasil adalah bonus itu," katanya. (E011/M008)

Sumber : Antara

Friday, June 15, 2012

Ramah Lingkungan- rumput laut bisa jadi bungkus bumbu

Rumput laut (ANTARA/Zabur Karuru)
Jakarta (ANTARA News) - Para peneliti Indonesia terus mengembangkan produk-produk olahan dari rumput laut, dan yang terbaru adalah pengembangan rumput laut sebagai kemasan ramah lingkungan.

Saat ini peneliti dari Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2B-KP) telah berhasil mengembangkan kemasan ramah lingkungan untuk mi instan menggunakan ekstrak rumput laut berupa karaginan dan tapioka.

Kemasan bumbu di mi instan--makanan yang banyak dikonsumsi di Indonesia--selama ini memakai plastik. Bekas kemasan ini kemudian menjadi persoalan karena plastik tidak bisa didaur ulang secara cepat.

Kemasan bumbu mi instan dengan rumput laut temuan peneliti BBRP2B-KP ini berupa film, lembaran tipis transparan yang bisa dimakan.





Sebagai kemasan bumbu mi instan, seluruh kantung bumbu bisa langsung dicelupkan dan diseduh bersamaan dengan mi instan, sehingga penyajiannya pun lebih praktis, bersih, dan tidak mengubah citarasa.

Selain cocok digunakan sebagai kemasan bumbu mi instan, rumput laut juga potensial sebagai kemasan makanan ringan lainnya dan obat-obatan.(E012)